Lihat ke Halaman Asli

Rayuan Maut Pelaku MLM

Diperbarui: 4 April 2017   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir - akhir ini aku merasa terganggu dengan postingan status socmed teman-temanku yang sedang gencar promo bisnis MLM (Multilevel Marketing). Postingannya provokatif dan vulgar sekali. Vulgar bukan dalam artian seronok, tetapi gimanaaa gituu.. Lebih ke artian 'merendahkan' yang lainnya, apalagi buat yang hanya IRT biasa dan belum bergabung serta ga mau gabung dengan mereka.

Yang agak mengganggu adalah banyak pelaku bisnis MLM yg suka lebay. Berlebihan dalam promosi, tanpa menjelaskan bagaimana perjuangan agar bisa sampai puncak. Yang penting daftar dulu jadi member, jadi downlinenya, setelah daftar baru dijelasin caranya. Dan ternyata untuk sampai puncak tak semudah membalik telapak tangan, sangat berbeda dengan promosinya : Ayo gabung - dalam waktu singkat bisa menikmati gaji jutaan perbulan - dikerjakan sambil ungkang kaki di rumah!

Saat ini, ada beberapa temanku yang sedang di mabuk gila oleh MLM. Antar anggota MLM seperti penganut aliran baru, yang 'keukeuh' ga mau gabung seperti 'orang aneh' di mata mereka. Akhirnya yang terjadi hubungan pertemanan jadi terganggu. Dasarnya aku keras orangnya, dipaksa kayak apa pun kalau ga tertarik ya tetap ga mau.

Mungkin memang benar banyak yg berhasil dengan ikut bisnis MLM, tapi ingat, yang gagal juga ga sedikit. Pada dasarnya aku males 'jualannya' jd ya males gabung, tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis MLM intinya ya suruh jualan produk selain suruh rekruitment sebanyak - banyaknya anggota baru.

Pesan buat temanku : Maaf temans, sekuat apapun kalian mempengaruhiku, bahkan mau 'mencampakkan'ku karena ga mau gabung, aku tetap ga mau! Seindah apapun MLM itu seperti janjimu. Jalan sukses bukan hanya dari bisnis MLM seperti katamu itu, banyak jalan lain. Banyak usaha. Banyak cara. Makna sukses setiap orang berbeda. Bukan hanya dilihat dari banyaknya uang yang bisa di dapat. Berapapun rezeki keluarga kami, aku tetap bersyukur. Ga mau ngoyo harus gabung MLM. Tidak mau bergabung dengan MLM bukanlah sebuah dosa. Menolak bergabung dengan MLM bukanlah manusia kelas dua. Jangan memaksa, jangan berlebihan temans.
Oh ya, sebenarnya aku telah membeli produk kosmetika yang kamu tawarkan, tapi dari teman yang berbeda, dan aku agak kecewa. Harga yang relatif mahal tapi tidak sesuai dengan kualitasnya. Menurutku lebih bagus produk kosmetik yang di jual bebas di pasaran.

****
Sedikit cerita di masa silam, bagiku, dunia per-MLM-an bukanlah dunia baru. Aku sudah mengenal MLM sejak tahun 2003, awal-awal jadi mahasiswi baru di Yogyakarta dulu. Maklumlah, anak baru, dari daerah lagi, jadi bagi para leader - leader MLM pasti dianggap masih culun, lugu dan mudah di rayu. Begitulah kira - kira. Hingga akhirnya ada beberapa teman baru, baik yang sekampus maupun beda kampus, terutama yang menggeluti dunia MLM ini menjadi sosok teman yang baiiiiik banget. Diajakin main, yang ga taunya mau di ajak ke pertemuan 'cuci otak' seminar kecil - kecilan tentang MLM. Waktu itu marak MLM Tianshi dan CNI. Pernah aku berhasil terhanyut rayuan gombal mereka. Siapa sih yang ga pengen punya penghasilan sembari kuliah??? Sampai aku pernah marahan sama kakakku soal ini. Beruntung kakakku bisa memberikan penjelasan yang masuk akal bagiku. Setelah calon korban ga mau gabung, teman yang dulunya baik pun jadi menjauh dan menghilang. Kemarin dekat juga karena ada maunya aja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline