Lihat ke Halaman Asli

Manusia Politik, Sebuah Renungan

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pijakan utama manusia politik adalah ideologi yang diyakini. Selama iniideologi, ide-ide yang diyakini akan kebenarannya dalam hidup. Di dalam ideologi itu memuat prinsip-prinsip dasar sebagai landasan utama menjalani praktek berpolitik.

Lalu, manusia politik berdiri di atas pijakan –pijakan ideologi yang telah melekat dalam diri, lalu memandang ke depan, sebagai visi laku politiknya.

Dengan, visi akan mengarahkan pandangan, perjalanan, disusul dengan misi pencapaian maksud dan tujuandalam gerakan yang dipilih sebagai strategi atau taktiknya untuk mencapai tujuan-tujuan.

Manusia politik, juga melakukan penerjemahan, analisis terhadap fakta-fakta psikologis media sebagai alat komunikasi politik.

Isu kebijakan subsidi BBM misalnya, dipandang sebagai sebuah perdebatan ideologis, kebijakan dan startegi pembangunan. Rencana pencabutan susbsidi BBM dirasakan membuat miskin rakyat,atau sebaliknya,subsidi BBM, hanya akan membebani APBN negara.

Kedua kubu prosubdidi BBM dicabut akan berdalih, keuangan negara berat menanggung subsidi. Sementara yang pro subsidi, berkata BBM terjangkau, stabilitas harga tercapai,soal subsidi saja manusipolitik menerjemahkan ke berbagai arah tujuan :kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, pemerataa, kebijakan.

Manusia politik juga menerjermahkan suatu fakta sosial-agama-politik, budaya untuk kemudiandisampaikan dalam komunikasi politik yang baik, retoris, menarik, simpatik publik, dan menggugah atau membangkitkan spirit audien (rakyat) untuk bisa memberikan konstribusiyang nyata terhadap persoalan yang dihadapi.

Ciri utama manusia politik adalah memiliki daya pikat saat orasi.  Kalimat bangsa negara, rakyat dan konstituen,kalimatsakti  plus klise ini menjadi hal yang diulang-ulang saat meyakinkan kepadarakyat.

Manusia politik, juga paham terhadap kepentingan umum, publik, negara, rakyat, bangsa, sehingga,dikatakan manusia politik adalah manusia yang mulia, penuh jasa, penuh perjuangan, penuh pengorbanan.

Di Era Kemerderakaan manusia politik adalah pejuang, yang tidak lagi bisa memikirkan diri dan keluarganya, yang penting bagaimana Indonesia Merdeka.

Di Era Orde Baru, manusia politik manusia yang berorientasi pada pembangunan fisik, materi, sehingga manusia politik di era ini, tampil dengan simbol-simbol kemewahan dan kekayaan. Konsepsi tentang manusia orde baru, sangat memukau, pancasialis, pembangun, berkarakter kuat, plus,  pembohong, penindas, sebagian malah sebagai pembunuh atas nama keadilan, stabilitas.

Pembangunan fisik, gedung, jalan, sekolah, dan berbagai tempat-tempat fasilitas umum, digalakkan dengan luar biasa, sehingga tertanam , manusia politik di era ini manusia yang kaya, gemar memberi, menolong,memberikan jasa pembangunan.

Manusia politik di era reformasi, pejuang demokrasi, pejuang masyarakat sipil, pejuang keadilan, pejuang desentralisasi dan otonomi daerah, pemerataan,manusia politik di era ini, sungguh tampil dengan artikulasi masalah yang retoris, orator dan selalu tampil sebagai pembela rakyat. Tampil sebagai tokoh tokoh yang dekat dengan rakyat, komunitas, popular di masyarakatm dan edia massa.

Segala gerakannya, dikomunikasi lewat media sosial, media manusia, getok tular . Hampir semua manusia politik di era reformasi, pejuang hak-hak sipil, masyarakat kelas bawah, desa, petani, kuam marginal, pinggiran, pro rakyat, pembela rakyat, .

Seiring dengan perluasan zona pragmagtisme politik, politik tidak lagi murni mengurus kebijakan, politik telah bergeser ke arah komersialsiasi kebijakan. Pada medan praktis, manusia politik dipaksa melewati komesrsialisasi kebijakan sebagai "proposal rakyat", "proposal pendukung"  atau "propossal konstituen" kebijakan di berbagai sektor pendidikan, energi, infatruktur (pembangun jalan),haji, labelhalal, ekonomi,pasti memuat komersialsiasi, diliputi dengan dollar dan uang.

Kebijakan yang diperjuangkan oleh manusia politik melalui parpol sebagai  saluran lainnya,telah berpijak pada : materialisme, rasionalisme, spiritualisme.

Bagi manusia politik yang menyadarkan pada materialisme :harta dan tahta dan wanita sebagai tujuan utama dalam segala kegiatan politik atau aktivitas politik.Penyakitnya,  adalah lahirnya sisi buruk dari pijakan ini,  KKN, gratifiaksi seks, kehidupan yang glamour, mewah, manusia politik menjadi manusia celebrities.Celebrity sebagai alat popularitas menjaditujuan atau terminal akhir bagiyang berpaham pada materis-hedonis. Sementara berpijak pada rasionalisme,konsisten pada rumus-rumus akal dan pikiran, logika, dan nalar.

Nah, jika tidak konsisten dengan pijakan akal dan pikiran maka yang terjadi adalah “akal-akalan” kebijak-kebiajakan yang dibuat hanya berdasar pada “pijakan diri” kepentingan diri” yang kemudian dibungkus sesuai seleralalu menggunakan siasat tipu muslihat, untuk mengelabuhi lawan hanya unutk “komersialsisasi jabatan, kebijakan, dan kepentingan pribadi” . Seperti yang sedang dipertontonkan Presiden SBY, ketika partainya sudah tidak lagi menang, maka sistem Pilkada Langsung, dibajak, dibuang, karena sudah tidak lagi menguntungkan bagi SBY . Bagi, SBY, sudah tidak lagi kepentingan dari sistem Pilkada Langsun. Demokrasi, baginya, hanya soal untung rugi, kalah menang, tidak ada lagi sense of crisis, atau menyiapkan masa depan demokrasi yang lebih baik, demokrasi yang murni berpijak pada kultur dan kebiasaan masyarakat.

Dalam pikiran dan hatinya, sudah tidak ada lagi pemikiran, atau masterplane demokrasi sebagai sistem untuk menjaring kade kepemimpinan dari bawah, atau bahkan semua lapisan masyarakat.

Sikap menolak demokrasi Pilkada Langsung, membuktikan bahwa SBY, sudah tidak lagi memahami bahwa TNI dari rakyat untuk rakyat, sistem pertahanan semesta telah diingkari, hanya karena SBY, tidak memiliki kepentingan masa depan demokrasi.

Disinilah, pelajar utama dari SBY, manusia politik adalah manusia yang pandai bersandiwara, pandai melarikan diri, pandai melakukan sinetron.

Manusia politik adalah manusia yang penuh dengan konsisten denganplin plan, mencla-mencla, bingung, seenaknya,hiporkrit, munafik,kata dan pikiran berbeda, kata pikiran dan tindakan berbeda.Manusia politik “bermuka tebal hati hitam”.Kebijakan kurikulum pendidikan yang berganti- ganti, tanpa memperhatikan suasana jiwa anak didik, tanpa memperhatikan, hal-hal manusiawai, manusai politik tipe ini, "jiwanya" berpisah dari "jiwa publik" , dan perilaku manusia tipe ini, adalah maju-mundur,  sistem pemilu yang diubah,kebijakan subsidi selalu  maju mundur.

Hematnya, pada tangan manusia politiktipe ini, negara semakin bangkrut, banyak hutang, gagal membangun, gagal melakukan pemerataan, sementara kehidupan manusia manusia politik semakin kaya raya bak selebritis.

Kehidupan politiknyasudah melampaui batas-batas ideologi yang diyakini,dengan membelolakan visi dan misi,tujuannya, adalah bisnis jabatan dan kebijakan. Bicara rakyat, saat musim kampanye tiba, bukan dari hati yang jernih tetapi dari lidah, dan pikiran yang dipenuhi oleh pencapaian materialisme.

Manusia politk yang berpijak pada spiritualisme,berpijak pada tatanan batiniah,eskatisme, mesu budi, spirit zaman, tanpa kehilangan “jati diri tanah air” , spirit yang lahir di kebudayaannya, kebiasaaannya, inti kebudayaan. Alam murni spirit Jawa, Sunda, Sumartra, dlltokoh yang tampil untuk menjaga moral, etika, dan akhlak dunia. Spirit kebudayaan manusia politik, sebagai sumber wisdom.

k




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline