Sedang mengingat tentang pertama kali berani belanja via online, sekitar empat tahun yang lalu. Yang akhirnya membuat ketagihan dan membawa jari menjelajah dari satu lapak ke lapak lainnya di jagad maya.
Bermula saat scroll layar smartphone yang sedang menampilkan newsfeed Facebook. Muncul akun Facebook ber-ads yang menampilkan foro-foto sweater menarik mata untuk diklik. Captionnya juga sangat menggiurkan “Sweater murah Rp 50 Ribu saja”. Naluri belanja saya pun langsung tergugah.
Saya scroll semua lapak komen, satu persatu saya klik akun yang komen di sana. Baik yang sekedar bertanya ukuran, harga, warna sampai yang sudah memberi tetstimoni. Naluri saya mengatakan “Akun-akun ini asli atau fake? Kalau asli berarti olshop ini terpercaya”
Dan akhirnya kesimpulan adalah akun-akun tersebut 99% asli, sehingga menunjang tingkat kepercayaan akun olshopnya juga. Saya pun memberanikan diri pesan via inbox Facebook. Ya, tahun itu akun-akun LINE belum booming, sedang untuk menggunakan Whatsapp, saya ragu. Tidak mau mengumbar nomer telpon saya.
Pemesanan lancar, Rp 50 ribu plus ongkos kirim sudah saya transfer via ATM ke rekening olshop yang atas nama personal seorang Teteh dengan alamat Bandung. Apakah sudah beres? Tentu belum, karena barang belum sampai di tanga. Saya menunggu dengan deg-degan sekitar satu minggu. Karena ini pengalaman pertama, yang terfikir adalah “Penipuan bukan sih? Tapi masak iya, nipu Cuma Rp 50 Ribu? Tapi kok barangnya belum sampai juga ya?”
Yang namanya emak-emak kaya saya, berapapun besarnya, meski hanya Rp 50 ribu kalau sampai tertipu tetap saja nyesek di dada. Selama menunggu saya sempat 2x inbox menanyakan pesanan saya dan sempat dijawab ketus “Sabar teh, pasti nanti kami kirim. Ini masih disiapkan”
Entah saya yang sedang sensi atau gimana, yang pasti kalimat pendek itu berasa jawaban ketus yang dilontarkan ke saya via chat inbox Facebook kami. Hingga seminggu kemudian barang sampai ke tangan saya. antara lega dan sedikit kecewa, saya merasa bahannya tidak sesuai dengan foto display. Tapi karena pengalaman pertama dan Cuma Rp 50 ribu, saya legowo menerima dan berfikir “Ya sudahlah ya, pengalaman pertama ini. Toh barangnya tetap bisa saya pakai”
Pengalaman ini juga yang akhirnya membuat saya pribadi jadi paham sebagian kecil seluk beluk dunia perbelanjaan online. Tentunya seluk beluk ala saya, karena setiap orang pasti berbeda persepsi tergantung pengalaman masing-masing.
Beli online itu menyenangkan, karena mudah banget. Tinggal pilih, klik, transfer. Menunggu beberapa hari, barang sudah sampai. Efisein waktu dan tenaga. Ditambah sekarang banyak e-commerce yang menggiurkan banget buat yang mudah lapar mata kaya saya.
Ini rangkuman saya tentang belanja online berdasarkan pengalaman pribadi 4 tahun belakangan wara wiri dari lapak ke lapak.