“Hai mbak, tinggal di mana?” tanya beberapa orang yang baru kenal dengan saya.
“Jakarta Utama” jawab saya dengan senyum
“Di mananya Jakarta Utara?”
“Tanjung Priok”
“Wow, kan di sana susah air!!” atau bagi yang pernah tinggal di Tanjung Priok pasti akan keluar tanggapan “Aku pernah tinggal di sana dan airnya bersih itu mahal. Jadi harus hemat, kalau hujan siap-siap semua wadah untuk menampung”
Jreng...obrolan basa-basi yang sudah sering saya temui sejak jadi warga Tanjung Priok sejak 8 tahun yang lalu. Dan mau bilang apa, karena itu memang kenyataan. Dekat dengan laut yang berlimpah air justru menjadikan Tanjung Priok sebagai salah satu kawasan sulit air bersih karena air tanah ridak bisa lagi digunakan. Selain tertutup banyak bangunan, air juga sudah terkontaminasi garam laut.
Bagi saya tidak perlu membuka data BPS atau penelitian tentang ketersediaan air bersih, menjadi warga Tanjung Priok sudah menjadi pemandangan nyata sulitnya akses air bersih untuk masyarakat. Air untuk kebutuhan MCK sehari-hari harus beli dengan takaran luar biasa “irit”. Untuk air minum dan konsumsi juga beli dengan berbeda.
Hemat air sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan utama untuk saya dan mayoritas warga Tanjung Priok. Seperti :
- Mencuci piring menunggu banyak, satu rak sudah mau habis mau dicuci. Tujuannya satu, hemat air.
- Mencuci baju juga sama, menunggu banyak. Biar sekalian, jadi hemat air.
- Air wudhu ditadah lagi untuk cuci lap, sandal, sepatu.
- Air bilasan baju digunakan untuk mencuci motor, menyikat kamar mandi.
- Minum harus habis, tidak boleh bersisa.
- Menjatah diri saat mandi.
- Menadah air hujan. Dan berbagai kebiasaan penghematan air lainnya benar-benar sudah mendarah daging bagi warga Tanjung Priok seperti saya.
Bahkan saat saya pergi ke rumah saudara, mudik dan ke berbagai daerah lain yang akses air bersihnya tidak sulit, daur ulang air seperti di Priok secara spontan tetap saya lakukan. Beberapa kali saya ditertawakan saudara dengan kalimat “Idihh, air melimpah di sini. Pakai saja sesuka hati, jangan samakn dengan di Priok” saya akan balik ceramah susahnya air bersih dan kita harus menghargai keberadaan air bersih.
[caption id="attachment_363762" align="aligncenter" width="240" caption="Menanam Pohon Saat Kunjungan ke Sebuah Pabrik Elektronik di Karawang"][/caption]
Terkadang orang-orang seperti saya memang harus kepentok dulu dengan kondisi demikian baru menyadari sangat memprihatinkannya akses dan sumber air bersih di Bumi yang kita tinggali ini. Sejak masih remaja saya sudah ikut kegiatan pecinta alam, sudah tidak terhitung kegiatan menanam pohon sudah saya ikuti. Saya juga sudah membiasakan diri membuang sampah dengan tertib, memisahkan sampah kering dan basah. Tapi khusus air, saya baru benar-benar menyadari “keterbatasannya” setelah tinggal di Tanjung Priok. Hingga akhirnya di era digital, informasi valid terpampang di mana-mana tentang kondisi sumber air bersih yang semakin menipis, akses air bersih yang masih sulit untuk sebagian masyarakat Indonesia hingga dunia. Masih banyak orang belum paham sepenuhnya bahwa sumber air bersih bisa habis, hilang atau rusak karena tidak digunakan dan dikelola dengan baik dan benar.
Eksplorasi besar-besaran baik ke sumber air langsung maupun tidak langsung akan merusak dan memusanahkan sumber air bersih. Seperti pembangunan perumahan dan hunian yang tidak sesuai akan mengakibatkan sumber air tertutup dan rusak.
ikut kegiatan menanam pohon tapi belum ngeh sepenuhnya bahwa pohon tidak sekedar menyerap polusi dan membersihkan udara, tidak sekedar menahan tanah agar tidak longsor tapi juga menyerap air agar tersimpan menjadi sumber air tanah yang sehat dan layak guna.
Air adalah bagian penting kehidupan. Di mulai dari tubuh manusia sendiri yang hingga 60% adalah air. 70% permukaan bumi adalah air tapi tidak semua adalah sumber air bersih, sehat dan layak guna.
Seiring dengan mudahnya akses informasi yang mengedukasi saat ini yang bisa dengan mudah kita googling infomasinya di internet, seperti “Berapa banyak sih air layak guna yang tersedia di muka bumi? Termasuk Indonesia!”. “Berapa banyak sumber air bersih yang masih tersedia dan layak konsumsi di muka bumi? Termasuk Indonesia?”.
[caption id="attachment_363763" align="aligncenter" width="240" caption="Pembuatan Lubang Resapan di Lingkungan Sebuah PAbrik Elektronik di Karawang (dok.pri)"]
[/caption]
Yang akhirnya meningkatkan kesadaran sebagian besar masyarakat untuk ikut berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan yang mencakup kebaradaan sumber dan akses air bersih. Sudah banyak masyarakat yang mulai dengan penghematan mulai dari lingkungan pribadi. Seperti daur ulang air bekas yang digunakan kembali untuk keperluan lain seperti yang saya dan mayoritas warga Tanjung Priok lakukan.
Menanam pohon dan membuat lubang resapan di halaman rumah yang masih memiliki sisa lahan tanah. Tentu ini perkembangan postitif yang harus disyukuri.
Tapi apakah ini cukup?
Saya pikir ini masih belum cukup. Semakin hari pertumbuhan penduduk semakin meningkat, yang berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan akan air bersih. Dan menurut saya sudah saatnya masyarakat diajak untuk aktif lebih jauh, contohnya menciptakan inovasi daur ulang dalam tahap yang lebih tinggi. Tidak hanya sekedar menggunakan kembali air bekas cucian rumah tangga.
Beberapa inovasi yang bisa dikembangkan berbagai instansi terkait baik pemerintah maupun swasta :
1. Masih ingat pelajaran IPA saat di sekolah dulu? Cara menyaring air kotor menjadi bersih dengan menyaringnya menggunakan tumpukan ijuk, pasir dan kekrikil? Menurut saya cara ini layak dikembangkan dan diajarkan ke masyarakat lebih lanjut di bawah pengawasan instansi berwenang yang mengawasi seluruh regulasinya. Mulai dari regulasi pengadaan, hingga kelayakan guna. Karena kesehatan tetap yang utama. Paling tidak untuk kebutuhan MCK air daur ulang seperti ini bisa digunakan. Mengadakan sistem penyaringan air seperti ini dalam skala besar dan setiap satu keluraha satu, saya rasa sangat membantu. Air yang disaring bisa dari air sungai, air hujan yang ditampung dalam skala besar.
2. Mengharuskan semua pengelola gedung bertingkat baik milik pemerintah maupun swasta seperti apartement, Mall, Hotel dan gedung-gedung perkantoran mengadakan sistem daur ulang dalam penggunaan air mereka. Saat saya googling masih sedikit gedung-gedung di Jakarta yang sudah membangun instalasi daur ulang air mereka. Bahkan saya harus mengganti beberapa kali kata kunci pencarian untuk mendapatkan informasi ini. Yang menandakan masih minimnya informasi dan penerapan daur ulang air di gedung-gedung pencakar langit kota-kota besar di Indonesia. Padahal gedung-gedung ini terutama di Jakarta tergolong pengguna air bersih yang cukup besar.
3. Selanjutnya daur ulang air laut. Saat tinggal di pelabuhan Tajung Priok saya pernah melihat sebuah Kapal swasta berjenis Roro (kapal yang terbuka bagian lambungnya dan bisa kendaraan roda 2 atau lebih) jurusan Tanjung Priok Jakarta ke Bangka Belitung yang sedang mengisi persediaan airnya untuk perjalanan berikutnya menggunakan air laut yang diolah menjadi tawar untuk digunakan. Tapi justru kapal yang bernaung di bawah BUMN sendiri malah tidak menerapkan hal ini. Justru persediaan air diisi air dari “darat” yang terlihat dari beberapa mobil tanki air yang terpakir di pinggir dermaga tempat kapal “parkir” dan air dialirkan dengan selang besar ke kapal.
Dan menurut saya mulai sekarang semua kapal “harus dipaksakan” untuk mulai menerapkan hal yang sama. Kalau beberapa kapal bisa menggunakan air laut yang didaur ulang, tentu ini juga bisa berlaku untuk semua kapal.
Negara kita adalah negara kepulauan dengan air laut yang melimpah, kalau ini bisa dimanfaatkan maksimal tidak hanya sebatas untuk kapal laut, saya rasa akan sangat membantu kehidupan sekarang dan nanti. Saat saya mencari informasi ini ke mbah google, teknologi ini ternyata sudah sangat banyak dicoba oleh banyak pihak, dan negara-negara maju ternyata sudah menerapkan juga. Tapi beberapa artikel juga menjelaskan teknologi ini tergolong mahal. Tapi lebih mahal mana saat sumber air bersih benar-benar habis?
Kapan Indonesia yang berstatus negara kepulauan dan air lautnya melimpah memaksimalkan ini? Sekarang saatnya!!
Menurut saya investasi ini sama dengan “Menjaga kesehatan sebelum sakit”. Akan lebih mahal biaya pengobatan dari pada saat menjaganya dengan baik dan benar saat masih sehat.
4. Mengharuskan semua perusahaan yang memiliki pabrik untuk mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik dan lestari dengan pola produksi berkelanjutan. Karena di masa depan anak cucu kita berhak menikmati alam yang baik untuk kehidupan yang lebih baik. Bukan sekedar limbah dan sisa eksplorasi yang tak lagi berguna.
Saya pernah ikut visit factory ke sebuah pabrik elektronik di kawasan Karawang. Kawasan ini masih tergolong baru, sebagian besar pabrik adalah pindahan dari Jakarta yang sebagian kawasan industrinya ditutup seperti Pulo Gadung.
Saat saya mengedarkan pandangan ke sekililing, sebelumnya lokasi ini adalah pepohonan rimbun nan hijau terlihat dari rimbunan pepohonan yang masih tampak indah di sekitar lokasi pabrik. Tapi sebagiannya sudah di tebang untuk lokasi pabrik. Tapi sebagian lahan pabrik kembali ditanami pepohonan dan dibuat lubang resapan. Mereka juga membangun gedung yang go green dengan menggunakan teknologi panas bumi.
Dan saya langsung berpikir “Berapa banyak pabrik di sekitar sini yang menerapkan pembangunan berkelanjutan demikian? Atau jangan-jangan hanya pabrik ini saja?” Tentu saja saya berharap semua pabrik di kawasan itu menerapkan hal yang sama.
Dan beberapa hari lalu Kompasiana mengajak beberapa kompasianer untuk berkunjung ke pabrik Aqua di Ciherang Bogor. Dari reportase beberapa sahabat saya membaca kalau ternyata Pabrik Aqua juga salah satu yang berperan serta dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan dengan menanam pohon di lingkungan pabrik. Dari informasi yang saya kulik di berbagai situs Aqua juga salah satu yang mendaur ulang air produksi mereka yang digunakan untuk mencuci galon dan penggunaan air domestik.
Menurut saya, pemerintah harus benar-benar mewajibkan semua pabrik yang ada di Indonesia melakukan hal serupa dalam pengawasan yang ketat. Karena kerusakan alam yang mencakup hilang dan rusaknya sumber air dampaknya akan sangat berbahaya untuk kelangsungan kehidupan di masa depan.
Ada yang lain? Silahkan tambahkan pendapat kalian di kolom komentar ya ;)
Jadi mulai sekarang mari saling berkerjasama satu sama lain semua pihak dan peduli menjaga kelestarian sumber air untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Karena air adalah sumber kehidupan.
Refrensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H