[caption id="attachment_215053" align="aligncenter" width="300" caption="foto : http://www.21cineplex.com/breaking-dawn-part-2-movie,2854.htm"][/caption]
Setelah beberapa waktu lalu sudah menyaksikan film Breaking Dawn atas undangan Indosat di prayaan ulang tahunnya yang ke 45, kembali kemarin aku menyaksikannya bersama suami yang minta diantar untuk menyaksikan film ini disalah satu Mall kecil dekat rumah.
Dan meski berkata sedikit suka tapi tanggapan suami ternyata sama dengan tanggapan para sahabat “heboh” di ulang tahun Indosat lalu yang berkata kok klimaksnya begiitu ya, “menipu,” hehehe……
Tapi diluar klimaksnya yang membuat banyak orang sedikit menarik napas kesal, ada sebuah pesan dan pelajaran menyentuh yang luar biasa di film yang meraih box office ini. Dan sangat pas dengan perayaan yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini. Yaitu perayaan Hari Ibu yang di Indonesia diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Breaking Dawn adalah sekuel dari beberapa cerita sebelumnya dari film The Twilight Saga yang bercerita tentang perjalanan cinta seorang vampire bernama Edward dan seorang manusia bernama Bella. Di Breaking Dawn diceritakan mereka akhirnya menikah dan memiliki seorang anak perempuan, dan dibarengi dengan keputusan Bella untuk berubah menjadi vampire.
Namun kebahagiaan mereka terusik saat anak mereka mulai besar dan menjadi incaran musuh untuk dibunuh karena dianggap mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup dan rahasia pasukan musuh. Disinilah perjuangan Bella dan Edward dibantu sahabat-sahabatnya dimulai, untuk berjuang menyelamatkan anaknya. bagaimanapun caranya dan jalan apapun yang harus ditempuh. Dari sini kita bisa melihat betapa orang tua akan selalu berjuang untuk anaknya. Keujung dunia pun peribahasanya akan dijalani dan dilalui bila memang itu harus dilakukan. Bahkan jika harus berperang mempertaruhkan nyawa sekalipun akan mereka hadapi. Seperti perang dasyat dalam bayangan semua tokoh di klimaks film ini yang dianggap oleh sebagian penonton sebagai klimaks yang “menipu”.
Dan dialog narasi sangat menyentuh adalah saat tokoh Bella membaca surat sahabatnya yang memberi petunjuk apa saja yang harus dilakukan untuk menyelamatkan anaknya, Bella sangat sedih dan mengumpulkan semua uang yang dimilikinya kedalam tas dengan tujuan dipersiapkan untuk hidup anaknya yang layak. Dan narasi perkataan Bella benar-benar sangat menyentuh. Dimana dia bersedia mati asal anaknya bisa hidup lama dan layak sebagaimana mestinya seorang anak. Walau bagaimana pun anaknya bukan vampire murni. Karena Bella melahirkannya saat masih berstatus sebagai manusia. Jadi dia berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan baik.
Itulah orang tua terutama ibu yang akan selalu berjuang dan berpikir bagaimana membahagiakan anaknya, bagaimana caranya agar anak-anaknya bisa mendapatkan haknya sebagai anak. Seorang ibu yang selalu berjuang mendahulukan kepentingan dan keselamatan anaknya diatas kepentingannya sendiri. Ya, itulah seorang ibu. Meski tidak hanya sendiri tapi juga berkolaborasi dengan ayah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua.
Namun tidak hanya kasih orang tua terutama ibu, yang diperlihatkan di film ini. Tapi juga bakti dan kasih sayang anak kepada orang tuanya. Dimana Bella yang selama prosesnya menjadi vampire harus menghilang lama dan membuatnya tidak bisa bertemu dengan ayahnya. Saat sudah bangkit dan hidup kembali sebagai vampire, Bella tetap tidak melupakan perannya sebagai anak. Dia menemui ayahnya untuk mengabarkan keadaannya baik-baik saja dan agar ayahnya jangan kwatir. Dan untuk bertemu Bella melatih dirinya dengan keras agar tetap terlihat sebagai manusia dengan kembali berlatih gesture tubuh manusia. Berlatih bersikap dan berpenampilan layaknya manusia. Hanya untuk satu tujuan yaitu agar ayahnya tidak mengkwatirkannya.
Dari sini, aku jadi menghayal. Seandainya vampire Bela dan Edward benar-benar ada di dunia nyata bukan hanya dalam film betapa ini adalah sebuah pelajaran bagi kita, para manusia. Sudah sebaik dan sejauh mana kita melaksanakan tugas kita sebagai orang tua, terutama aku sebagai seorang ibu yang telah dipercayai Yang Maha Kuasa untuk memiliki seorang anak? Sudah sajauh mana selama ini perjuangan kita menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab terhadap anak kita? Ya, hanya kita masing-masing yang bisa menjawabnya.
Begitu pula sebagai anak, sudahkah kita menunujukan bakti kita sebagai anak pada orang tua kita? Atau benar kata pepatah selama ini, kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah? Mudah-mudahan tidak ya…….
Di momen hari ibu ini, mari semua saling menyadari peran masing-masing sebagai individu. Meski kita tahu untuk menunjukan rasa cinta kepada ibu tentu tidak hanya sebatas di 22 Desember. Setiap hari sepanjang tahun adalah hari yang seharusnya jadi hari-hari kita untuk menunujukan kasih sayang pada orang tua terutama ibu. Tapi di momen hari ibu ini mari kita meningkatkan rasa itu.
Dan tentu saja pada semua aspek peran. Tidak hanya kita sebagai anak yang berbakti kepada ibu, tapi juga ibu pada anak dan suaminya. Untuk merenungi, apakah sudah maksimal peran dan tanggung jawab kita selama ini sebagai seorang ibu?
Melalui inspirasi yang kita dapat dari film ini, mari kita bersama-sama merenungi dan berjuang menjadi yang lebih baik. baik sebagai seorang ibu dan orang tua, maupun sebagai anak.
[caption id="attachment_215054" align="aligncenter" width="448" caption="Ibu dan anak ku, aku akan menjadi yang terbaik untuk kalian (foto pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_215058" align="aligncenter" width="849" caption="Selamat Hari Ibu (Ilustrasi Carolina Ratri)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H