Lihat ke Halaman Asli

Arni Alisha

Traveling, Membatik dan Menulis

Karya Batikku Menjadi Payungku di Kala Hujan Salju

Diperbarui: 5 Maret 2018   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim FGD (Forum Group Discussion). Dok.pribadi

                                                                                                                          

Berharap cinta yang telah lama hilang tetaplah hilang seperti belalang yang terbang digigit ular. Belum begitu pandai mengartikan sebuah kata cinta tapi cinta cukup membuat hati beku dimasa lalu terlewat seperti cerita Kahitna "Cinta Sudah Lewat". Kalimat sudah lewat terkadang menghampiri bukan untuk kembali mengubah masa lalu menjadi masa depan melainkan menjadi pupuk dalam perjuangaan cinta untuk dilupakan. Satu-satunya pilihan yang harus dipilih untuk kebaikan dimasa depan. Biarlah hati beku diantara salju-salju yang turun beterbangan menghiasi pandangan penuh harapan nyata.

Jepang, sebuah kata menarik yang terucap dibalik semangat membara seakan ingin segera mengunjunginya bersama orang terdekat. Banyak orang ingin sekali pergi ke Jepang untuk sekedar menikmati hari liburnya, berbulan-madu, melakukan misi pendidikan, mengunjungi kerabay yang sedang bekerja, ataupun sekedar melakukan perjalanan disana untuk berwisata. Kemudian, apa misi ku waktu berkunjung ke Jepang ?

ARTniq Batik sebuah merek dariku untuk mempromosikan hasil karya-karyaKu

Misi bagiku adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan. Berusaha untuk mempresentasikan hasil karya seni Batik ke dunia Internasional merupakan salah satu impianku. Menjadi delegasi pemuda Indonesia untuk mengikuti kegiatan FLCBF (Future Leader Camp Batik Festival 2018) pada 21-25 Januari di Kyoto-Jepang, merupakan bukti keseriusanku dalam mencintai batik. Batik menjadi saksi turunnya air hujan diantara hujan salju waktu itu. Membawa nama Duta Pemuda Kreatif Indonesia 2017 bidang Fashion, membuktikan bahwa pemuda punya karya, pemuda punya cara untuk terus kreatif nan inovatif dan pemuda  berani bersatu untuk maju.

Dok.pribadi

Indonesia memiliki banyak pemuda kreatif yang siap untuk mengabdi pada negeri dan bersinergi dengan pihak manapun. Namun terkadang untuk bersinergi, tidak sedikit pemuda dengan mudah mendapatkan akses dalam rangka menjalankan misinya. Selalu ada jalan jika ada kemauan, "Man Jadda Wajada". Perjuangan untuk bisa ke Jepang mengingatkan akan sebuah perjuangan untuk mendapatkan pendidikan dimasa lalu, mendaftar sekolah sendirian dengan penuh komitmen BISA. Tidak malu bertanya, meminta bantuan, meminta arahan kepada orang yang lebih tahu. Proposal? Tidak cair itu biasa, pertanda ujian telah tiba. Ujian tidak perlu dipelihara, tapi perlu dikaji sampai menemukan cara untuk mendapatkan solusi.

Support pemerintah bukan menjadi satu-satunya untuk bisa membawa nama Batik Kibasan Sabut Kelapa ke Jepang, dana mandiri-pun harus bisa menjadi opsi. Keyakinan tekad dan nekad menjadi pedoman sebuah perjuangan, alhamdulillah batikku mampu berkibar di negeri sakura dan menjadi payung di musim salju kala itu. Batik Kibasan sabut Kelapa dengan nama Batik Gantungan Ukel berbahan sutera super dan pewarnaan alami telah dipresentasikan di Kyoto International Community House-Jepang, didepan jajaran konsulat jenderal Indonesia-Osaka yakni Bapak Tumpal M.H. Hutagalung.

Batik Gantungan Ukel dengan teknik Kibasan Sabut Kelapa kombinasi tulis. Dok.pribadi

Nama Karya                    : "Batik Gantungan Ukel"

Motif                                  : Karya merupakan penyusunan dari motif

 godhong, ngukel, slonjor, memanjat dan

motif  tempel

Ukuran                             : 115 cm x 250 cm

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline