Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Pendidikan Beragama

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naomi adalah seorang wanita karir dengan umur 37 tahun yang telah 8 tahun lamanya bercerai dari sang suami yang berinisial X. Dia mempunyai 2 orang anak perempuan yang kini salah satu diantaranya duduk dibangku SMA dan satunya lagi sedang asik menempuh pendidikan dibangku kuliah.

Flashback! Singkat cerita, dulunya sebelum menikah dengan X, Naomi beragama kristen protestan, namun kemudian setelah menjalin hubungan asmara beberapa waktu lamanya mereka pun akhirnya menikah dan Naomi kemudian resmi menjadi bagian dari pemeluk agama islam. Suatu hari, si anak sulung melihat Naomi sholat kemudian usai melaksanakan salam si anak bertanya kepada Naomi, “Ma, mama tadi sholat baca apa aja?” kemudian Naomi menjawab, “Baca surat terserah nak, yang penting sholat.” Mendengar jawaban yang seperti itu, spontan si anak kaget kemudian sedih dan menangis. Waktu demi waktu si anak mulai berpikir. Sebegitu dangkalkah pengetahuan tata cara beribadah mamanya itu. Apakah dia berpindah keyakinan hanya karena atas nama cinta kepada papanya bukan sebagai pencarian akan keyakinan yang hakiki. Lambat laun pernikahan Naomi dan X sudah menginjak umur 10 tahun dan disini adalah puncak dimana segala emosi yang berujung pada pertengkaran antara Naomi dan suaminya terjadi. Dan kalian tau apa? Ya! Pada akhirnya mereka bercerai.

Setelah sekitar 5 tahun lamanya Naomi meninggalkan kedua anaknya untuk tinggal bersama mantan mertuanya, Naomi kembali dengan membawa kejutan yang amat sangat bagi anaknya. Kini dia dia telah kembali menjadi seorang kristiani! Sangat disayangkan, nyatanya sampai detik ini Naomi masih sering mengingatkan anaknya untuk rajin beribadah, puasa, dan beristighfar ketika sedang ada masalah yang secara tak langsung membuat anaknya sedih. Disetiap doanya si anak selalu berdoa kepada Allah, “Jika kami tidak dapat bersama di dunia, setidaknya kami dapat bersama di akhirat nantinya.” Sangat disayangkan sekali bukan?

Pada intinya, jika kita menyukai kemudian melakukan sesuatu hanya karena satu hal yang kita anggap benar, maka nantinya kita juga akan membenci hal tersebut dengan satu hal tadi. Penyesalan selalu ada di akhir. Mengapa? Karena jika di awal namanya bukan penyesalan tetapi pendaftaran :D ahaha




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline