Beberapa bulan ini sejumlah kawasan di Indonesia dilanda kekeringan. Beberapa surat kabar dan televisi memberitakan bahwa hujan tak kunjung turun dalam 3 bulan terakhir. Upaya hujan buatan dan juga shalat meminta hujan (Istisqa) pun dilakukan. Akan tetapi, mungkin ada hal yang terlupa dan belum kita kerjakan sebagai hamba Allah yang berkuasa atas alam semesta ini, apalagi dalam hal menurunkan hujan. Fenomena ini bisa saja merupakan, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah kepada kita agar mengintrospeksi diri kita apakah selama ini kita tetap melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Di lain sisi kemungkinan kita telah menjaga tingkah laku kita sehari-hari dari berbuat maksiat, akan tetapi kita diam saja tatkala melihat kemaksiatan dan kemungkaran di sekitar kita.
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya".(Qs al-Anfal/8:25).
Syaikh Abu Bakr Jabir al-Jazairi hafizhahullah mengatakan, “Ayat ini sebagai peringatan lain yang amat besar bagi kaum Mukminin, agar mereka tidak meninggalkan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta tidak meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar (menyeru manusia kepada kebaikan dan mengajak mereka untuk menjauhi kemungkaran). Sebab, jika mereka meninggalkannya, maka kemungkaran akan menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka azab pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat, baik yang shaleh maupun keji, yang berbuat kebajikan maupun yang berbuat kejelekan, baik yang adil maupun yang zhalim. Dan jika Allah Ta’ala menurunkan siksa, maka siksa-Nya sangat pedih, tidak seorang pun yang kuat menahan siksa tersebut. Untuk itu, hendaknya kaum Mukminin menjauhinya dengan cara melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya."
Ketika wajah kita tidak berubah saat melihat kemungkaran, maka Allah memerintahkan malaikatnya untuk menghancurkan negeri ini, termasuk orang sholeh yang tidak berbuat maksiat. Apabila amar ma’ruf nahi munkar ini ditinggalkan maka para pelaku maksiat dan dosa akan semakin bernyali untuk terus melakukan perbuatan nistanya, sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia. Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus bertambah dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan.
Sikap diam tersebut akan membuat kemaksiatan seolah nampak baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat, dan hal ini adalah termasuk musibah dan bencana yang paling besar. Oleh karena itu, jika kita tidak mau mencegah hal yang mungkar akan menghilangkan ilmu Allah dan tersebarnya kebodohan (jahiliyyah). Dampak dari tersebarluasnya kemungkaran akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kemungkaran (kebatilan). Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Pada gilirannya, akan kian merajalela sikap menghalalkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, dan mengharamkan hal-hal yamg dihalalkan oleh-Nya.
Apa yang dialami beberapa bulan terakhir oleh bangsa Indonesia adalah musibah yang mudah-mudahan hanya sebatas teguran dari Allah. Oleh karena itu, belum terlambat bagi kita untuk bertaubat dan mulai untuk menetapkan hati menegakkan amar ma'ruf nahi munkar serta bersabar tidak putus asa dalam melakukannya.
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangan, jika tidak bisa, maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga, maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis-hadis lainnya yang menunjukkan wajibnya menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta tercelanya orang yang meninggalkannya. Maka hendaknya sebagai orang yang beriman, wajib menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar walau orang yang kita nasehati itu marah atau mencerca kita.
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf: 35)“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H