Lihat ke Halaman Asli

Sulton Jamil

Pengguna Baru

Pandemic Menghasilkan Budaya Baru dalam Pernikahan

Diperbarui: 10 April 2022   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikahan adalah salah satu hal yang didambakan oleh manusia. Mengikat janji bersama orang terkasih melalui upacara sakral guna meresmikan ikatan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Pernikahan pada umumnya dilaksanakan dengan mengundang sanak saudara, teman, kerabat dari orang tua, bahkan karena terlalu banyak sampai sampai banyak yang tidak dikenali.

Dengan adanya pandemic dua tahun terakhir, sedikit banyak pastinya merubah kegiatan pernikahan. Karena adanya peraturan untuk tidak berkumpul, hampir sebagian besar acara pernikahan yang dilaksanakan pada masa pandemic terpaksa menurangi jumlah undangan. 

Yang awalnya bisa sampai 500 undangan bahkan sampai 1000 undangan, kebijakan venue pada masa pandemic hanya memperbolehkan maksimal 200 undangan dan membagi tamu kedalam beberapa sesi guna mengurangi kerumunan. Adanya peraturan tersebut beberapa pasangan terpaksa mengundur jadwal pernikahannya.

Namun jika dilihat dari sisi lain, pernikahan dengan tamu undangan yang sedikit akan lebih terasa intim. Undangan terbatas pada keluarga dan orang-orang yang dikenal dekat.

Pada satu kesempatan, kami berhasil mewawancarai Danang, salah satu Wedding Organizer yang terikat dengan salah satu  venue di daerah Jakarta Timur.

"Konsep pernikahan yang baru ini jadi sebuah tren, trennya meningkat karena adanya pandemi. Lebih intim karena hanya orang-orang yang dirasa dekat saja yang diundang. Selain itu konsepnya lebih simple karena acara pernikahannya menjadi seperti gathering keluarga. Dengan acara yang tidak terlalu formal, pastinya terasa lebih santai namun tidak melupakan hal-hal sakral dalam pernikahan."

Selain dari konsep yang lebih simple, Jika dibandingkan dengan pernikahan sebelum adanya pandemic tentunya sekarang lebih bisa mengehemat bugdget.

"Dalam acara perayaan pernikahan bisa dikatakan catering paling banyak memakan biaya. Lebih dari 50% budget akan dialokasikan ke catering. Dengan jumlah undangan yang tidak terlalu banyak, pastinya jumlah makanan yang dipesan tidak akan memakan biaya yang besar. Budget yang tersisa bisa dialokasikan ke bulan madu pengantin atau kebutuhan lain nantinya" Tutur Danang.

"Hal ini menjadi kebiasaan baru dalam acara pernikahan. Dengan situasi sekarang yang sudah memperbolehkan pernikahan dalam jumlah besar, tetapi banyak pengantin yang tetap ingin melaksanakan pernikahan intimate dengan orang-orang terdekat saja." Lanjut Danang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline