Lihat ke Halaman Asli

Sultan Thariq

Mahasiswa, Universitas Al-Azhar Indonesia

Kajian Manuskrip: 13 Fungsi Metode 'Awamil Lafdziyyah

Diperbarui: 26 Juli 2022   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-cirebon2015-amb01.html#ad-image-3

Pada awalnya tulisan dalam bahasa Arab tidak memiliki harakat, seperti fathah, kasrah, dhammah, dan sukun. Hal tersebut sangat menyulitkan orang-orang yang hendak membaca tulisan arab termasuk orang-orang Arab itu sendiri. 

Dalam sejarahnya, setelah bahasa Arab berkembang mulailah diciptakannya harakat-harakat sehingga pembacaan huruf-huruf hijaiyyah yang satu dengan yang lainnya dapat dibedakan. Namun hal tersebut tetap saja menyulitkan bagi setiap kalangan pembaca bahasa Arab. 

Ketidaktahuan mereka dalam menempatkan harakat, apakah dibaca fathah, dhammah, atau kasrah merupakan kesulitan yang diahadapi para pembaca tulisan bahasa Arab. Maka dari itu diciptakanlah ilmu nahwu dan sharaf.

Ilmu nahwu merupakan ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali bentuk-bentuk kalimat di dalam bahasa Arab, bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat dari segi i’rab dan bina nya (Jami’ud Durus, Syeikh Musthafa). 

Dalam pelajaran bahasa Arab ilmu nahwu dan sharaf merupakan kedua ilmu yang harus dikuasai untuk memahami bahasa Arab. Sebagai pembelajar bahasa Arab yang mempelajari ilmu nahwu harus dapat mengetahui bagaimana membunyikan bagian akhir dari suatu kata dalam struktur kalimat bahasa Arab. 

Dalam ilmu nahwu terdapat suatu kandungan yang dapat menunjang kebutuhan-kebutuhan dasar para pembelajar bahasa Arab. Salah satunya adalah perubahan pada akhir kata atau disebut sebagai ‘awamil, perubahan tersebut terjadi pada harakat terakhir dalam bahasa Arab.

Menurut Syekh Fadil Abdul Qahir bin Muhammad Al-Jurnajani di dalam naskah manuskrip kuno, ditulis bahwa ‘Awamil teridikasi menjadi dua bagian; lafdziyyah dan ma’nawiyyah. Lafdziyyah terbagi menjadi dua bagian: simaiyyah dan qiyasiyyah. Simaiyyah terdapat 91 ‘awamil di dalamnya, sedangkan qiyasiyyah terdapat 7 “awamil. Ma’nawiyyah terbagi menjadi 2 ‘awamil dengan total menjadi 100 ‘awamil.

Sebelum itu, manuskrip kuno ini ditulis dengan aksara Arab ditulis diatas kertas dluwang dengan menggunakan tinta hitam, berukuran 27x18cm dengan jumlah 88 halaman tanpa nomor halaman didalamnya, penulisan pada setiap halamannya tertulis 7 baris teks yang tersusun dengan tulisan yang masih jelas dan bisa dibaca. 

Kondisi fisik naskah rusak, bagian depan kotor, ada beberapa halaman yang lepas termasuk sampul, pengarang dan penyalin manuskrip tersebut tidak diketahui, tahun dibuatnya naskah juga tidak diketahui. 

Naskah tersebut sudah didigitalisasi oleh Kementrian Agama RI dan dapat dilihat langsung melalui link berikut: https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-cirebon2015-amb01.html#ad-image-0.

Pada artikel ini penulis akan memfokuskan bahasan mengenai 13 fungsi ‘awamil Lafdziyyah simaiyyah. ‘Awamil Lafdziyyah simaiyyah merupakan ‘amil-‘amil yang tetap dan tidak dapat dirubah. Terdapat 13 macam fungsi ‘awamil dalam ‘awamil  lafdziyyah:

  • Huruf yang menjarrkan isim saja, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 19:

من، وإلى، وعلى، ولام، وعن، وكاف، وفي، وباء، ومذ، ومنذ، وواو، وتاء، وباء (حروف القسم)، ورب، وورب، وحتى، وحاشا، وعدا، وخلا.

  • Huruf yang menashabkan isim dan merafa’kan khabar, huruf-hururf tersebut terbagi menjadi 6 huruf:

إنّ، وأَنَّ، وكأنّ، وليت، ولعل، ولكنّ

  • Dua huruf yang merafa’kan isim dan menashabkan khabar, kedua huruf tersebut yaitu:

ما ولا

  • Huruf yang menashabkan isim saja, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 7 huruf:

يا، وأيا، وهيا، وأي، وواو، وإلاّ، وآ-أ

  • Huruf yang menashabkan fi’il mudhare saja, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 4 huruf:

إن، ولم، وكي، وإذا

  • Huruf yang mensukunkan fi’il mudhare, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 5 huruf:

لم، ولمّا، وإن، ولام الأمر، ولانهية

  • Huruf yang mensukunkan dua fi’il mudhare, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 9 huruf:

من، وما، وأي، ومتى، ومهما، وأين، وأنى، وحيثما، وإذما

  • Huruf yang menashabkan fi’il mudhare yang berkedudukan sebagai tamyiiz, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 4 huruf:

كذا، وكأين، وكم، أحد عشرة إلخ

  • Huruf yang merafa’kan isim yang berkedudukan sebagai pelaku/fail, huruf-huruf tersebut terbagi menjadi 9 huruf yang dibagi menjadi أسماء الأفعال الإمر وأسماء الأفعال الماضي:

رويد، وبله، ودونك، وعليك، وهاك، وخيهل، وشتان،و هيهات، وسرعان

  • Fi’il naaqis yang merafa’kan isim dan menashabkan khabar, fi’il tersebut terbagi menjadi 13 fiil:

كان، وصار، وأصبح، وأمسى، وأضحى، وظلّ، وبات، ومادم، ومازال، وانفكّ، ومابرح، ومافتىء، وليس

  • Fi’il muqarrab yang merafa’kan satu isim, fi’il tersebut terbagi menjadi 4 fi’il:

عسى، وكاذ، وأوشك، وكرب

  • Fi’il yang meraf’kan isim fail dan isim setelahnya, fi’il tersebut terbagi menjadi 4 fi’il:

نعم، وبئس، وحبّذا، وساء

  • Fi’il syakkin dan yaqiin yang menashabkan mubtada’ dan khabar daalam dua maf’ul, fi’il tersebut 7 fi’il:

حسبت، وظننت، وخلت، وعلمت، ورأيت، ووجدت، وزعمت

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline