"Ayah, jangan lupa doakan Kakak! Ayah mau ke kantor kan? Doakan Kakak cepat sembuh!"
Dua hari lalu sempat agak panik. Kakak kena cacar bersamaan dengan alergi. Seluruh badannya bengkak disertai bintik kecil berair sebesar biji jagung. Setelah diinterogasi, pasal bengkaknya ketemu. Dia berbisik. Habis jajan kerupuk katanya. Lalu cacarnya? Ada teman sekolahnya yang kena, dugaannya tertular dari sana.
"Memang lagi musim cacar! Anak saya juga kena." Sebut salah satu orang tua siswa.
"Anak-anak yang kena cacar jangan diizinkan sekolah dulu. Takutnya satu sekolah bisa tertular!" ucap saya kemudian.
Ya, satu sekolah sebab, titik belajar siswa di sekolah Kakak hanya ada di satu ruangan besar (masjid), yang memungkinkan siswa dari tiga kelas bertemu. Tiga kelas untuk tiga tingkatan.
Kakak sebenarnya mau tetap sekolah. Hanya saat awal kena cacar, tak ada yang mau dekat-dekat katanya, di angkot pun demikian. Salah seorang temannya mengumumkan.
"Jangan dekat Tsaaqif, nanti bisa tertular cacar!" Kakak bercerita sambil menyembunyikan wajahnya. Dia sangat sedih
Maka hari itu, jelas sekali jika cacar dan alerginya amat mengganggu. Suasana hatinya berada di titik rendah.
"Dulu ayah seusia kamu, juga kena cacar!"
"Oh iya Yah?"
"Iya...! Ayah juga ga sekolah, ga keluar-keluar rumah. Ini lihat, masih ada bekasnya di badan ayah. Gara-gara digaruk terlalu kuat, akhirnya meninggalkan bekas!"