Lihat ke Halaman Asli

Sultan Sulaiman

Seorang Buruh Negara

Kakak dan Pisau di Tangannya

Diperbarui: 8 Oktober 2019   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin, kami meninggalkan Kakak di rumah. Tentu dengan pesan, agar Kakak menjaga rumah dengan baik. Kakak menurut, sembari menyebut jika dia akan bergabung bermain dengan teman-temannya.

"Ayah pulang jam berapa?"

"InsyaAllah sebelum Magrib!"

"Magrib ya Yah? Jangan terlalu lama!" Balas Kakak

"Jangan masukkan teman-temanmu ke rumah ya!" Pesan ibu kemudian.

Kesepakatan telah terjalin. Kami berangkat, meninggalkan Kakak yang sudah berlari menuju kerumunan seusianya. Bermain, tertawa, melakukan apa saja, kadang juga menangis sembunyi-sembunyi, karena dijahili teman-temannya.

***

Kakak saat ini sudah tujuh tahun. Di usianya kini, kami sedikit memberi penekanan soal menjaga salat.

"Bisa bermain, tapi kalau dengar azan langsung siap-siap ke masjid!" Selalu, pesan ibu.

Kakak mengiyakan itu, meski di beberapa keadaan kadang ingkar. Ingkar yang berujung suasana "panas" di rumah. Kakak bersitegang dengan ibu. Ibu sering lapor ke ayah. Ayah akan menengahi. Bertanya ke Kakak, mengapa tidak salat.

"Aku salat kok Yah! Di kamar! Ibu tidak lihat!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline