Lihat ke Halaman Asli

Sultan Sulaiman

Seorang Buruh Negara

Pesan Duka Dua Negeri Serambi Sebab Hutan yang Terkoyak

Diperbarui: 2 Oktober 2016   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gorontalo dikenal sebagai Negeri Serambi Madinah. Sejak menjadi Provinsi ke-32 dan berpisah dengan Sulawesi Utara 16 Tahun lalu, Gorontalo mulai bergerak maju dengan mengadopsi ragam proyek pembangunan kota metropolitan. Sarana transportasi termasuk infrakstrukturnya dibangun dengan menggelontorkan anggaran miliyaran. Pusat-pusat kegiatan ekonomi raksasa mulai mendapat tempat dan para investor dipersilakan masuk dengan ramah untuk berinvestasi. Sekilas, ini baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju kehidupan lebih baik.

Namun ada sesuatu yang memiriskan. Proyek peningkatan debit ekonomi tampaknya amat rakus. Para pemegang kekuasaan sangat bermura hati menerbitkan izin untuk eksplorasi kawasan hutan.

Di Gorontalo Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) merupakan Kawasan Hutan Lindung yang terancam alihf ungsi oleh ragam kepentingan, salah satunya untuk wilayah pertambangan. Tersebut, PT. Gorontalo Mineral sudah mengantongi izin eksplorasi, bahkan tersiar kabar amat nyaring bahwa saat ini izin eksploitasi bahkan sudah diterbitkan oleh pemerintah.

Meski berstatus Hutan Lindung, TNBNW saat ini telah koyak dirambah. Kawasan-kawasan tambang ilegal yang dikelola rakyat telah ribuan jumlahnya. Kondisi ini sangat mengancam bagi ekosistem satwa khas Sulawesi seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), babirusa (Babyrusa babyroussa), maleo (Macrocephalon maleo), yaki (Macaca nigra dan Macaca nigrescens), juga kuskus beruang sulawesi (Ailurops ursinus).  Memiliki luas 282.008,757 hektar, menempatkan TNBNW sebagai taman nasional darat terbesar di Sulawesi. 

Teridentifikasi 125 jenis burung, 24 jenis mamalia, 23 jenis amphibi dan reptil, serta 289 jenis pohon. TNBNW juga habitat bagi flora endemik seperti cempaka, palem matayangan, dan nantu sebagaimana disebut oleh Christopel Paino di laman www.mongabay.co.id

TNBNW yang sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone ditetapkan melalui Surat Keputusan Kementerian Kehutanan pada tanggal 18 November 1992. TNBNW terdiri dari Suaka Margasatwa Dumoga (93.500 hektar), Cagar Alam Bulawan (75.200 hektar), dan Suaka Margasatwa Bone (110.000 hektar)

Di mana-mana, Hutan Lindung selalu menghadapi persoalan yang sama. Perambahan, kebakaran hutan, perburuan, dan pertambangan (baik yang berizin  apalagi yang ilegal) menjadi momok yang menghantui setiap kawasan hutan, termasuk di Gorontalo. Beberapa bulan lalu, bersama teman-teman pendaki, saya melakukan perjalan ke Kawasan TNBNW di Kab. Bone Bolango, menyusuri Sungai Bolango, masuk ke Kawasan Hutan, menemukan realitas yang sungguh mengenaskan. Pohon-pohon raksasa, ribuan jumlahnya tumbang di mana-mana oleh mesin pemotong karena pembukaan lahan-lahan baru milik rakyat. 

Selain itu, lekuk api yang menghanguskan batang-batang pohon masih jelas. Celaka! Rakyat bergerak dengan instingnya sendiri, tanpa pembinaan, merusak hutan dan menggunakan cara isntan agar segera mendapat lahan baru untuk ditanami jagung (binthe dalam bahasa Gorontalo). Menebang pohon lalu membakarnya adalah langkah praktis minim biaya yang sering dilakukan agar lahan bisa segera digarap. Tak heran, jika bencana longsor, banjir telah sering terjadi akibat hutan yang tak lagi lestari.

Cerita lain yang tak kalah mengerikan datang dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Gorontalo. Dari hasil dengar pendapat dengan DPRD Provinsi Gorontalo, dibeberkan data yang menyesakkan. BPOM telah melakukan pengambilan sampel air minum di rumah warga di 9 Kecamatan di Kota Gorontalo.

Hasilnya, air siap minum yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) positif mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang-batas yang dibolehkan. Penyebabnya diduga dari sumber air baku yang dipasok dari Sungai Bone. Sungai tersebut telah tercemar akibat aktivitas pertambangan rakyat.

Amalgamasi merupakan metode ekstraski logam emas untuk mendapatkan emas dengan kadar kemurnian paling tinggi. Selain praktis, cara ini lebih mudah dan murah, digunakan para penambang untuk mempercepat proses perburuan emas. Meski telah dilarang, merkuri masih sering digunakan secara sembunyi-sembunyi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline