Lihat ke Halaman Asli

Sultani

TERVERIFIKASI

Penulis Lepas

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cerita petulangan anak (Sumber: IDNTimes.com)

"Hari ini Yai mau ke kota, ada acara haul Kiai pesantren," kata Raka kepada empat temannya yang sedang memasuki pelataran sebuah rumah besar. Mereka terlibat dalam percakapan sebentar kemudian sama-sama berjalan ke arah rumah besar tadi. Raka sebagai anak yang tertua langsung mengambil posisi paling depan begitu mereka sampai di depan teras.

"Assalamu alaikum Nyai," kata Raka memberi salam kepada seorang wanita tua yang sedang membaca al Quran di ruang tamu.

"Waalaikum salam," jawab wanita itu.

Dia menengok ke teras sambil membenarkan posisi kaca mata plusnya yang tebal agak ke atas untuk memastikan siapa gerangan tamu yang memberi salam sore-sore begini. Agak lama dia menatap ke teras dari bali kaca mata plusnya itu.

"Ayo masuk Nak," jawabnya sambil menutup al Quran. Wanita tua ini mencoba berdiri dengan bantuan dua tangannya yang sudah lemah.

Anak-anak tadi langsung menghampirinya setelah melepaskan sandal mereka di depan teras. Satu per satu mereka masuk ke ruang tamu untuk memberi salam sambil mencium tangan wanita itu.

"Yai hari ini diundang ke pesantren di kota buat acara haul Kiai Badrun nanti malam. Baru tadi siang berangkat. Jadi hari ini ngajinya diliburkan dulu," katanya sambil berjalan menuju teras.  Wanita ini adalah Nyai Siti, istri dari Kiai Hasan. Panggilan Yai yang disebutnya tadi adalah sapaan untuk suaminya, Kiai Hasan, guru ngaji di kampung itu.  

Kelima anak itu berjalan di belakang Nyai Siti. Mereka lalu mengambil posisi duduk di sebuah kursi kayu panjang yang bersebelahan dengan kursi yang diduduki Nyai. Mereka mulai terlibat percakapan yang hangat sambil tertawa-tawa. Nyai Siti kemudian berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertinggal karena salat Asar. Anak-anak pun berhamburan keluar dari teras berlari menuju jalan kampung.

Di atas jalan tanah tersebut mereka membicarakan rencana kegiatan untuk mengisi waktu senggang pengganti ngaji. Tiba-tiba Bimo yang bertubuh gempal nyeletuk.

"Main petak umpet aja yuk."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline