Lihat ke Halaman Asli

Sultani

TERVERIFIKASI

Penulis Lepas

Ketika Etika Medis Terganjal Birokrasi Pertandingan

Diperbarui: 4 Juli 2024   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tim medis sedang menangani atlet yang cedera di lapangan pertandingan (Sumber: Majalah.tempo.co)

 

Sorotan terhadap kelambanan tim medis Indonesia dalam kasus kematian atlet bulu tangkis China Zhang Zhie Jie dalam turnamen bulu tangkis Asia pada 30 Juni lalu menambah panjang daftar korban jiwa dalam turnamen olahraga yang dipicu oleh aturan dan prosedur birokrasi pertandingan. Baik aturan federasi cabang olahraga maupun birokrasi pertandingan di lapangan, acap kali menghambat tim medis untuk bertindak secepat mungkin dalam menangani korban yang berada dalam situasi darurat.  

Aturan federasi dan birokrasi pertandingan sama-sama kaku sehingga cenderung memperlambat penanganan korban yang sudah tumbang di lapangan pertandingan. Akibatnya, tim medis harus berpacu dengan waktu yang terus berkurang untuk menangani korban yang kondisinya semakin kritis, lantaran telah kehilangan waktu pertolongan di detik-detik pertama setelah jatuh.

Dari kasus Zhang Zhie Jie ini diketahui bahwa tim medis baru boleh masuk ke lapangan untuk pertama kalinya setelah 40 detik atlet muda China ini jatuh. Artinya, korban didiamkan begitu saja hanya karena menunggu izin dari wasit selama 40 detik. Padahal, dalam kasus henti jantung seperti Zhang, kecepatan penanganan merupakan tindakan tepat yang bisa meningkatkan peluang hidupnya.

Keterlambatan tim medis hingga 40 detik telah membuat kemampuan bertahan hidup korban turun drastis, dan berpotensi memicu terjadinya kerusakan permanen pada organ-organ vital, terutama otak dan jantung. 

Dalam kronologi penanganan Zhang, total waktu yang dibutuhkan sejak tim medis pertama kali masuk ke lapangan hingga pijat jantung di rumah sakit kurang lebih 10 menit lamanya. Menurut pakar penyakit jantung, waktu tersebut terlalu lama dan pasti terlambat, sehingga tim medis dianggap lalai dalam menyelamatkan nyawa Zhang.

Kematian atlet bulu tangkis China Zhang Zhie Jie dalam turnamen bulu tangkis Asia di Yogyakarta, pada 30 Juni lalu, menunjukkan kombinasi yang buruk antara kesigapan tim medis serta aturan federasi dan prosedur birokrasi pertandingan yang kaku.  Namun, dalam paparan faktanya, tim medis yang paling banyak disalahkan lantaran merekalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam  menjamin kesehatan dan keselamatan atlet selama turnamen berlangsung.

Garda Terdepan Keselamatan Atlet

Tim medis sebagai garda terdepan dalam menangani keselamatan atlet harus bisa memastikan bahwa atlet mendapatkan perawatan medis, sehingga kesehatan dan keselamatan mereka akan terjaga selama kompetisi. Atlet yang terluka atau sakit, akan menerima perawatan medis yang cepat dan tepat. Tim medis harus bisa merespons dengan cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari cedera atau kondisi medis yang dialami oleh atlet.

Agar bisa memberikan respons yang cepat dan tepat, tim medis bisa melakukan intervensi medis dalam situasi yang serius, seperti cedera fisik yang mencakup patah tulang, cedera kepala, atau luka berat yang memerlukan penanganan medis dengan segera. Tim medis juga bisa mengintervensi untuk menangani atlet yang menghadapi kondisi medis mendadak seperti serangan jantung, stroke, atau kejang-kejang yang berpotensi mengancam nyawa atlet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline