Lihat ke Halaman Asli

Sultani

TERVERIFIKASI

Penulis Lepas

Ramadan, Al Quran, dan Literasi Kita

Diperbarui: 27 Maret 2024   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kitab suci al Quran (Sumber: Detik.com)

Ramadan, al Quran, dan Literasi Kita 

Oleh: Sultani

Apa bacaan saya selama Ramadan? Selama ini bacaan yang paling konsisten saya tekuni adalah al Quran. Setiap Ramadan selalu saya isi dengan tadarus, setiap selesai shalat 5 waktu. Sekali baca kira-kira 3 sampai 4 halaman. Artinya, dalam sehari saya menyelesaikan 15 lembar atau satu juz lebih.

Saya pernah selama Ramadan bisa khatam 3 kali, dengan bacaan yang dikebut. Bukan bacaannya dipercepat, tetapi jumlah halamannya ditambah satu atau dua halaman sekali baca. Cara ngaji ngebut yang lain, waktunya ditambah, jadi sebelum shalat dan setelah shalat. Efek kecepatannya memang terasa sekali dalam jumlah khatamnya.

Ramadan tahun ini ngajinya agak santai. Targetnya minimal satu kali khatam sampai akhir Ramadan. Intensitas bacaan masih tetap, setiap habis shalat fardu. Sekali baca hanya 2 atau 3 halaman.

Apakah setiap kali membaca al Quran saya pahami semua isinya? Atau, selama ini setiap kali Ramadan, pelajaran apa yang diambil langsung dari al Quran yang sudah dibaca setiap hari selama sebulan penuh.

Jujur saja, saya ini termasuk manusia yang memiliki motivasi hanya untuk mendapat pahala dari al Quran yang dibaca. Pernah ingin mengkaji secara harfiah arti setiap ayat dengan membaca terjemahannya. Untuk tujuan ini saya sampai beli al Quran dan terjemahan warna-warni yang menarik mata.

Hasilnya? Ada beberapa ayat yang bisa dihafal artinya. Hanya menghafal, belum bisa menghayati dan mengamalkannya. Terkadang saya berpikir, usia semakin tua, tetapi pemahaman terhadap al Quran sebagai kitab petunjuk hidup seorang Muslim tidak pernah khatam. Meski demikian, keinginan untuk memahami ayat-ayat al Quran selalu muncul ketika sedang membacanya.

Pikiran saya selalu menerawang mencoba mengartikan kata demi kata yang dimengerti dan mengaitkannya dengan konteksnya. Misalnya menyebutkan cerita tentang Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf, yang mengisahkan dialog antara Yusuf dengan ayahnya Nabi Ya'kub tentang perlakuan saudaranya terhadap dirinya.

Saya coba memberi konteks dialog bapak dan anak ini tentang kekhawatiran Nabi Ya'kub kalau peristiwa tersebut diceritakan secara terbuka, karena pasti akan menimbulkan kesalahpahaman antara Yusuf dengan saudara-saudaranya. Dari ayat ini saya mengambil pelajaran untuk diri sendiri, bahwa dalam menyampaikan berita dan informasi kita harus jeli dan bijak agar tidak menjadi biang permasalahan dan fitnah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline