Istilah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan ketika ditanyakan preferensi mereka terhadap kandidat yang berkontestasi di dalam sebuah survei. Undecided voters ini merupakan fenomena umum yang selalu muncul dalam survei tentang popuaritas dan elektabilitas kandidat. Mereka yang dikatakan sebagai undecided voters adalah responden yang memberikan jawaban "tidak tahu", "tidak jawab", "rahasia", "belum memilih", "belum menentukan pilihan", "tidak akan memilih dalam pemilu, atau golput". Undecided voters ini selalu muncul dalam publikasi hasil survei karena mereka merupakan salah satu variabel yang penting dan memiliki relevansi untuk dianalisis lebih jauh.
Jika Anda pernah menjadi responden dari survei tentang elektabilitas, biasanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang kandidat sudah dipilihkan nama dan nomor urutnya sehingga anda tinggal memilih sesuai dengan preferensi atau tingkat kesukaan terhadap kandidat yang ditawarkan oleh surveyor atau pewawancara. Setiap kuesioner yang dirancang selalu menyediakan opsi jawaban yang bersifat ragu-ragu, belum tahu, atau belum mau menyebut pilihannya. Opsi ini tidak pernah ditawarkan oleh pewawancara selama wawancara berlangsung.
Opsi Jawaban
Idealnya, responden diharapkan untuk bisa memilih secara langsung pilihannya ketika wawancara dilakukan. Namun, ketika responden menunjukkan isyarat tidak tahu, atau ragu, atau tidak menjawab maka pewawancara tidak boleh memaksa. Pewawancara hanya bisa menawarkan pertanyaan yang sama dengan gaya komunikasi yang berbeda, atau mengulangi pertanyaan yang sama dengan kalimat yang lebih tegas dan jelas. Dengan cara ini pun responden masih menunjukkan gelagat yang sama, maka pewawancara boleh menuliskan jawaban responden pada pertanyaan tersebut pada opsi jawaban "tidak jawab". Ada juga responden yang menjawab "tidak tahu", "masih ragu", atau "belum memilih" maka jawaban tersebut dimasukkan ke dalam opsi jawaban tersebut. Ada juga responden yang menjawab dengan tegas "tidak akan memilih dalam pemilihan atau golput. Kategori jawaban ini pun menjadi opsi jawaban yang tersedia dalam kuesioner.
Pilihan-pilihan jawaban mulai dari "tidak tahu" hingga "tidak akan memilih" tersebut merupakan tipikal jawaban responden yang belum menentukan pilihan atau yang dikenal sebagai undecided voters. Dengan melihat kategori opsi jawaban yang ada, undecided voters ini memiliki dua tipe yang saling berseberangan. Tipe pertama adalah undecided voters yang berpeluang untuk menentukan pilihan hingga saat pemilihan, dan tipe yang tidak akan memilih sama sekali. Undecided voters tipe pertama bisa diidentifikasi melalui opsi jawaban yang mereka berikan, yaitu "tidak tahu", "tidak jawab", atau "belum punya pilihan". Untuk undecided voters tipe kedua identifikasinya mudah sekali, yaitu jawaban "tidak akan memilih dalam pemilihan".
Pertanyaannya adalah seberapa besar undecided voters ini bisa memberi sumbangan elektoral terhadap para kandidat? Untuk mengetahui kontribusi mereka terhadap elektabilitas kandidat adalah dengan memisahkan tipe undecided voters yang masih berpeluang untuk memilih dan yang sudah tertutup kemungkinan untuk memilih. Tipe yang pertama yang efektif bisa memberi kontribusi elektoral dalam pemilihan. Suara-suara yang tidak terdeteksi dalam survei ini yang akan menentukan tinggi rendahnya elektabilitas para kandidat dalam kontestasi politik.
Undecided Voters Pilpres 2024
Merujuk pada survei Litbang Kompas yang memotret elektabilitas tiga capres, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, ternyata undecided voters dalam survei-survei tersebut bergerak secara dinamis. Pada survei Juni lalu, akumulasi undecided voters ketiga calon tersebut sebesar 18 persen. Survei Agustus mengecil menjadi 15,4 persen. Pada survei November angka responden yang belum menentukan pilihan ini meningkat menjadi 24,9 persen. Pada survei terakhir bulan Desember, undecided voters bertambah lagi menjadi 28,7 persen. Untuk diketahui, angka undecided voters pada Desember ini berlaku untuk capres dan pasangan wakilnya masing-masing.
Melihat perkembangan angka mereka yang belum menentukan pilihan cenderung meningkat dari bulan ke bulan tersebut mengindikasikan terjadinya koreksi di dalam diri responden terhadap sosok capres yang akan mereka pilih. Responden yang belum menentukan pilihan (18 persen) ketika survei bulan Juni mengindikasikan adanya keinginan untuk tidak memberitahukan preferensinya terhadap capres yang relatif kecil.
Sumber: CNN Indonesia