Emang boleh, pamor seorang sosok calon presiden yang sangat populer di seantero nusantara tiba-tiba tersungkur di ambang Pilpres 2024. Ya, Ganjar Pranowo, capres nomor urut 3 mengalaminya sekarang. Heran? Pasti. Mustahil? Belum tentu. Terus percaya? Bisa jadi. Pertanyaan dan keraguan seperti ini akan selalu muncul bergantian di tengah fenomena-fenomena politik yang mulai dipenuhi dengan kejutan.
Mengapa harus Ganjar yang mengalami penurunan elektabilitas yang sangat potensial mematahkan asanya untuk menjadi pemenang Pemilihan Presiden pada 14 Ferbruari 2024? Padahal, instrumen politik yang dibangun sejak lama sudah bekerja maksimal dalam menggalang dukungan pemilih, membangun opini yang positif, menyebarluaskan gagasan, narasi, dan program-program yang akan dikerjakan kalau terpilih menjadi Presiden RI ke delapan. Instrumen terkuat Ganjar saat ini adalah dukungan PDI-P sebagai partai politik pengusung utama, relawan dari berbagai elemen masyarakat, dan tentunya logistik dari para sponsor, donatur, dan pendukung.
Ganjar Pranowo merupakan salah satu tokoh politik yang namanya mulai dikenal publik selama menjadi anggota DPR. Politisi PDI Perjuangan ini mulai merambah dunia kontestasi politik pada 2013 ketika menjadi calon Gubernur Jawa Tengah. Ganjar yang saat itu sudah memiliki popularitas sebagai tokoh nasional sangat mudah mengumpulkan dukungan pemilih Jawa Tengah yang dikenal sebagai basis pemilih PDI Perjuangan. Elektabilitas Ganjar pun meroket sehingga mengungguli lawan beratnya saat itu, calon petahana Bibit Waluyo.
Nama Ganjar semakin berkibar di belantika politik melalui aksi dan gebrakan politik yang dilakukan selama menjabat sebagai Gubernur. Aktivitas-aktivitas populis Ganjar yang dilakukan secara virtual ternyata mampu menarik perhatian warga dunia maya yang kemudian berakumulasi menjadi kekuatan pendukungnya. Selama 10 tahun menjadi gubernur, Ganjar berhasil mengakumulasi popularitas yang tinggi sehingga menjadikan dia sebagai politisi paling populer di Indonesia.
Ketika bursa capres mulai dibuka, nama Ganjar menjadi komoditas politik yang memiliki daya tarik politik bagi semua partai politik saat itu. Popularitas mantan Gubernur Jawa Tengah ini menempati peringkat tertinggi mengalahkan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra. Dari berbagai survei yang dilakukan secara berkala, nama Ganjar selalu selalu konsisten menempati posisi tertinggi dalam top of mind masyarakat, yang disusul oleh Prabowo dan Anies Baswedan. Konfigurasi persaingan elektabilitas calon pemimpin nasional kemudian menempatkan ketiga tokoh ini sebagai sosok sentral calon presiden pengganti Joko Widodo. Proses penetapan ketiganya sebagai capres pun berlangsung dalam proses yang cukup panjang disertai dengan "drama" politik bongkar pasang dukungan dan koalisi.
Seperti yang sudah diperkirakan, Ganjar Pranowo akhirnya mendapatkan tiket capres dari PDI Perjuangan, setelah mendapat restu dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pada saat dideklarasikan pada 21 April lalu, Megawati sendiri yang memasangkan peci secara langsung ke kepala Ganjar Pranowo sebagai simbol restu Ibu Mega dan dukungan partai.
Penetapan Ganjar sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan ini tentu didasarkan pada pertimbangan kekuatan elektoral yang sudah terakumulasi pada sosok mantan anggota Komisi II DPR ini. Keunggulan elektoral inilah yang menjadi pertimbangan utama Megawati memilih Ganjar ketimbang Puan Maharani, anak kandungnya sendiri yang juga menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan. Publik pun antusias dengan keputusan PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar sebagai capres 2024. Antusiasme tersebut diindikasikan dengan penambahan elektabilitas untuk Ganjar yang sempat turun lantaran sikapnya yang menolak Israel untuk bertanding sepak bola di Indonesia dalam ajang World Cup U-17.
Untuk penolakan Ganjar terhadap kehadiran kesebelasan Israel di Indonesia tersebut, publik sempat kecewa dan "menghukum" Ganjar yang saat itu masih menjabat sebagai gubernur. Akibat dari hukuman tersebut, elektabilitasnya pun terganggu sehingga menguntungkan capres yang lain. Berdasarkan penelusuran dari data hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar pada Mei 2023 sebesar 32,6 persen, padahal, saat itu Ganjar telah didapuk oleh Megawati sebagai capres. Pada Januari 2023 elektabilitasnya berada di angka 37 persen. Namun, pada survei periode Agustus 2023 elektabilitas Ganjar mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah bergerak naik di angka 34,1 persen.
Dengan modal elektabilitas 34,1 persen Ganjar Pranowo berhasil menarik PPP, Hanura, dan Perindo untuk bergabung dalam gerbong PDI Perjuangan sebagai koalisi pengusung dirinya. Koalisi ini kemudian sepakat untuk menduetkan Ganjar Pranowo dengan Menko Polhukam sebagai calon wakil presiden. Duet Ganjar - Mahfud (Gama) kemudian mendaftarkan diri sebagai peserta Pilpres 2024 ke KPU pada 19 Oktober 2023.