Oleh Sultan Haidar Shamlan
Butuh tiga pekan, bagi rakyat Tunisia untuk mengusir Ben Ali dari kursi ke-presidenan-nya. Butuh enam pekan, bagi rakyat Mesir untuk menjatuhkan Husni Mubarak secara paksa. Butuh empat bulan, bagi rakyat Libya untuk memadamkan kekuasaan Gaddafi (yang sayangnya, sampai mati). Tapi sampai hari ini, kita masih dibuat bertanya: Butuh berapa waktu untuk menjatuhkan Bashar Al-Assad?
Setahun sudah tragedi menghantui Suriah. Human Rights Watch dan PBB menyebutkan, lebih dari 8000 warga sipil mati, 400 di antaranya anak-anak.Aktivis kemanusiaan di Suriah menyebutkan, lebih 70.000 demonstran ditangkap, 15.000 di antaranya masih berada di penjara. Angka-angka, yang terus melambung tinggi seiring berjalannya hari. Sedangkan dunia, hanya mampu menyaksikan perang kepentingan tidak berujung. Dunia tidak mampu menemukan solusi atau menyepakati satu cara mengakhiri prosesi pembunuhan di Suriah.
Dalam studi terbarunya yang terbit pada 9/3/2012, German Institute for International and Security Affairs, merumuskan empat skenario akhir yang sangat mungkin terjadi di Suriah.
Skenario Pertama: Bertahannya Rezim Assad
Hitung-hitungan dalam skenario pertama menyebutkan: kekuataan militer Bashar Al-Assad masih berada di atas bayang-bayang kekuatan demonstran. Assad, pada akhirnya berhasil membungkam dan memadamkan represi di Suriah.Kediktatoran Assad akan semakin menjadi-jadi dan menghabiskan lebih banyak korban mati.
Sekelompok besar oposisi yang telah habis-habisan berkorban jiwa, raga dan harta, akan bangkrut, terpecah-pecah dan menarik diri.Sekelompok kecil pihak-pihak oposisi yang tersisa, berubah menjadi oposan-oposan radikal. Perjuangan melawan Bashar, pada akhirnya, tidak lagi menjadi perjuangan damai akan tetapi berubah menjadi aksi-aksi teroris.
Sementara di mata internasional, Suriah di bawah pimpinan Bashar Al-Assad, akan menjadi rezim yang semakin terisolasi. Ekonomi Suriah akan semakin hancur. Kemiskinan, pengangguran akan semakin menjadi-jadi.
Skenario Kedua: Kollaps-nya Rezim Assad
Rezim Assad, melalui skenario ini, bukan kollaps karena kekalahannya melawan oposisi, melainkan kollaps dari dalam. Elemen-elemen pemerintahan Bashar Al-Assad akan terdesersi. Di atas tekanan yang begitu kuat, orang-orang kepercayaan Bashar akan mengalihkan dukungannya kepada pihak demonstran.
Suara militer Assad akan terpecah.Dimulai dari kader-kader militer tingkat bawah dan menengah. Diam-diam atau terang-terangan, kader-kader militer Bashar akan membuang loyalitasnya. Skenario ini juga memperkirakan, elite-elite militer Assad akan mengasingkan diri dan menjadi eksil. Hal ini terbukti dari laporan DIE ZEIT yang menyebutkan, sampai akhir 2011 sudah lebih dari 1.000 tentara Assad mendesersikan diri dan bergabung ke barisan Free Syrian Army (FSA). Salah satunya, Brigadir Jendral Mustafa Ahmed al-Sheikh, mantan wakil pimpinan tinggi militer Assad yang memilih melarikan ke Turki dan turut menyetir FSA.
Melemahnya militer Bashar ini akan memperkuat posisi oposisi, sampai akhirnya mereka mampu mengambil alih kekuasaan. Dalam situasi ini, Assad dan keluarganya diperkirakan akan mengasingkan diri ke luar Suriah.
Skenario Ketiga: Eskalasi Perang Sipil
Perang Sipil di Suriah, dari kaca mata skenario ketiga, akan menjadi perang sipil yang memakan waktu panjang. Tidak hanya panjang, dilihat dari banyaknya negara-negara di sekitar Suriah yang turut menyimpan ambisi untuk masa depan Suriah (Iran, Saudi Arabia, Qatar, Turki dan Libanon), konflik di Suriah diperkirakan akan bereskalasi ke luar Suriah.
Perang sipil hebat diperkirakan terjadi di daerah perbatasan Irak dan Suriah. Eskalasi kepentingan ini tidak lama lagi akan menyerang Libanon. Hisbullah dan kaum Sunni di Libanon akan berhadapan. Perang regional ini akan menelan banyak korban nyawa. Turki dan Yordania akan dibanjiri oleh banyak pengungsi-pengungsi dari Suriah dan Libanon.
Skenario Keempat: Intervensi Militer
Sejauh ini, dunia internasional enggan melakukan intervensi militer untuk Suriah. Bukan saja karena sikap negatif dari Rusia dan Cina, namun lebih karena kekhawatiran, pecahnya perang saudara dan krisis ekonomi regional dan dunia yang semakin panjang.
Namun, sekiranya krisis kemanusiaan di Suriah semakin meningkat, maka besar kemungkinan ancaman dunia internasional untuk melakukan intervensi militer menjadi nyata, bahkan tanpa mandat dari Dewan Keamanan sekalipun. Hal ini, pada titik tertentu bisa dibenarkan, apabila situasi yang terjadi, sudah terkategori sebagai genosida atau menimbulkan ancaman langsung terhadap stabilitas regional atau integritas negara-negara tetangga Suriah.
Dari keempat Skenario di atas, German Institute for International and Security Affairs mengukur secara probabilitas, bahwa skenario kedua (Kollaps-nya Rezim Assad) adalah skenario yang paling memungkinkan terjadi. Selain kenyataan bahwa belakangan ini banyak jajaran fungsional di pemerintahan Basar sudah mengundurkan diri dan mengalihkan dukungan, juga terlihat kota-kota besar di Suriah seperti Damaksus, Aleppo, yang mulanya tidak bergejolak, justru belakangan sudah menunjukkan posisinya yang anti-Assad.
Setahun sudah Suriah berdarah-darah. Setahun sudah Suriah tanpa kepastian. Apa yang akan terjadi untuk Suriah dan Bashar Al-Assad, biar waktu dan takdir Tuhan yang menjawabnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H