Lihat ke Halaman Asli

sultan ardiansyah

Mahasiswa S1 Teknik Mesin

Mahasiswa KKN Kelompok 45 UNS Melakukan Identifikasi dan Pembuatan Buku Sejarah Kopi Nangka di Desa Banyuanyar, Boyolali

Diperbarui: 4 Maret 2023   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Boyolali, 04 Maret 2023 - Kopi nangka adalah salah satu komoditas yang menjadi ciri khas desa Banyuanyar Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Kopi yang memiliki nama latin coffea liberica ini berasal dari Afrika Barat dan tumbuh subur di daerah tropis. Keunikan aromanya yang kuat seperti buah nangka dengan ukuran biji kopi yang lebih kecil dari robusta atau arabika. Pohonnya dapat tumbuh  hingga 9 meter tingginya, mirip seperti pohon nangka. Daunnya pun lebih lebar dari kopi jenis lain. Kopi yang menjadi salah satu potensi desa Banyuanyar ini persebarannya sangat tidak merata sehingga diperlukan pendataan supaya persebarannya dapat diketahui.

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) melakukan identifikasi dan pendataan terhadap kopi nangka yang tersebar di seluruh Desa Banyuanyar. Pendataan ini dilakukan untuk menilai potensi kopi nangka di Desa Banyuanyar. Proses pendataan dilakukan selama 20 hari dengan menyusuri kebun-kebun warga yang berada di sekitar desa Banyuanyar. Pendataan terhadap kopi nangka ini terbilang cukup susah. Hal ini dikarenakan persebaran dari pohon nangka sendiri yang terbilang tidak teratur. Pohon yang tinggi menyebabkan ia lebih susah dalam proses pemanenannya sehingga masyarakat desa Banyuanyar kebanyakan hanya membiarkan pohon ini hidup liar. Pohon kopi nangka yang terdata sejumlah 936 pohon yang tersebar di berbagai wilayah di Desa Banyuanyar dengan persebaran terbanyak berada di Dukuh Jumbleng. Setelah dilakukan proses pendataan maka sebagian pohon diberikan plat nama untuk menandai bahwa pohon tersebut adalah pohon kopi nangka yang menjadi ikon Desa Banyuanyar

Dok. pribadi

Jika kita  menilik sejarah tanaman kopi nangka di Desa Banyuanyar maka ada hal menarik yang bisa didapatkan. Dahulu kala, seorang pengusaha perkebunan kopi bernama Johannes Augustinus Dezentje atau Tinus Dezentje membudidayakan kopi di Nusantara. Vorstenlanden (sebutan bagi wilayah-wilayah di Surakarta dan Jogja pada masa pemerintah hindia belanda) adalah perkebunan kopi pertama yang dirawatnya mencapai luas 1.275 hektar yang tumbuh dari semenanjung banaran, bawen, hingga ke lereng gunung merapi-merbabu. 

Kini, Ampel menjadi tempat terbesar kedua di Pulau Jawa yang tanahnya penuh ditumbuhi pohon kopi. Dalam perjalanan tumbuhnya menyusuri waktu, pohon kopi diserang wabah yang mengerikan. Berbagai jenis pohon kopi yang tumbuh di tanah nusantara seperti kopi arabika, kopi jawa, dan kopi robusta pun tak dapat menahan serangan wabah yang dikenal dengan wabah karat daun.

Dok. pribadi

Kecintaan Tinus Dezentje terhadap kopi menggugah semangatnya melayarkan kapalnya membawa kopi nangka dari negeri liberia dan ditanam di nusantara. Ajaibnya, pohon kopi nangka tahan akan wabah yang menyerang pohon kopi lainnya. Setibanya di Boyolali, para pekerja perkebunan segera menanam biji kopi nangka dengan penuh semangat. Waktu demi waktu, hasil kerja keras Tinus Dezentje berbuah manis, kopi nangka tumbuh membentang di Nusantara menjadi pohon kopi yang kuat dan kualitas papan atas. 

Tahun 1980-an, penggiat kopi pribumi berkeinginan untuk mengulang kembali harumnya kejayaan kopi nangka khususnya di desa Banyuanyar. Beliau adalah Pak Wandi, Pak Meri, dan Pak Sentro. Kegigihan Pak Wandi menarik perhatian kementerian untuk mengundang beliau dan meminta beliau untuk memberi sebutan bagi kopi nangka Banyuanyar agar berbeda dengan kopi nangka di daerah lainnya. Dari pemikiran Pak Wandi, lahirlah nama “Barendo” yang memiliki kepanjangan “Lebare londo” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Selepas Belanda”. Karena memang sejatinya kopi nangka adalah peninggalan Belanda.

Dok. pribadi

Sejarah yang menarik pada pohon kopi nangka ini mendorong mahasiswa KKN Kelompok 45 untuk membuat sebuah buku cerita bergambar sebagai sarana edukasi bagi masyarakat khususnya anak-anak di desa Banyuanyar. Buku yang berisi sejarah kopi nangka ini telah diberikan kepada perpustakaan desa melalui kepala desa Banyuanyar. Buku ini disusun melalui sumber terpercaya dari ahli kopi di Desa Banyuanyar yaitu Pak Wandi. Diharapkan melalui buku ini, masyarakat dapat mempelajari dan melestarikan keberadaan kopi nangka yang menjadi ciri khas dari Desa Banyuanyar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline