Lukmanul Hakim, mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Mataram, kembali menyuarakan semangatnya untuk melanjutkan kepemimpinan di Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas Islam Negeri Mataram dengan mengusung tema besar "Parlemen Inklusi Jilid 2." Tema ini menjadi manifestasi dari komitmennya untuk menciptakan SEMA yang benar-benar inklusif, demokratis, dan responsif terhadap segala kebutuhan mahasiswa.
Dengan visi besar ini, Lukman ingin memperkuat nilai-nilai inklusivitas yang selama ini menjadi landasan kepemimpinannya. Baginya, parlemen mahasiswa bukan sekadar lembaga formal, tetapi harus menjadi rumah bersama, tempat seluruh mahasiswa---tanpa memandang latar belakang, fakultas, organisasi, atau identitas---merasa didengar dan dihargai. Ia percaya bahwa inklusivitas adalah kunci untuk menciptakan kebijakan yang adil dan berdampak luas, sekaligus mendorong partisipasi aktif dari seluruh elemen kampus.
Dalam "Parlemen Inklusi Jilid 2," Lukman membawa harapan baru dengan berbagai gagasan konkret. Ia ingin memperkuat tradisi transparansi dalam kepemimpinan SEMA, sehingga setiap kebijakan dan alokasi anggaran dapat diakses dan dipahami oleh semua mahasiswa. Selain itu, ia berkomitmen untuk membangun ruang-ruang dialog yang lebih intens melalui forum aspirasi bulanan, di mana mahasiswa dapat secara langsung menyampaikan ide, keluhan, dan harapan mereka. Tidak hanya itu, digitalisasi layanan mahasiswa juga menjadi fokusnya untuk memastikan akses informasi dan komunikasi yang lebih efektif antara SEMA dan Ormawa mahasiswa umumnya.
Lukman juga menekankan pentingnya sinergi antara SEMA, organisasi mahasiswa, dan birokrat kampus dalam menciptakan program-program yang lebih inovatif dan inklusif. Ia percaya bahwa kolaborasi adalah kekuatan utama untuk membawa perubahan besar. Melalui kepemimpinannya, ia ingin memastikan bahwa setiap kegiatan yang diinisiasi oleh SEMA membuka ruang partisipasi yang setara, terutama bagi mahasiswa dari kelompok rentan atau yang selama ini merasa terpinggirkan.
Dalam setiap langkahnya, selalu mengedepankan prinsip bahwa SEMA harus menjadi cerminan dari suara mahasiswa. Bagi Lukman"Parlemen Inklusi" bukan sekadar tema, tetapi sebuah gerakan nyata untuk membangun kampus yang lebih harmonis, demokratis, dan inklusif. Dengan semangat ini, ia optimis dapat menjadikan SEMA UIN Mataram sebagai teladan parlemen mahasiswa yang benar-benar berorientasi pada kepentingan bersama.
"Parlemen inklusi bukan hanya tentang menyatukan suara, tetapi memastikan bahwa setiap suara memiliki tempat di meja pengambilan keputusan," tegasnya. Dengan dukungan penuh dari seluruh mahasiswa, Lukmanul Hakim siap membawa UIN Mataram menuju era baru kepemimpinan yang lebih terbuka, adil, dan kolaborasi
"SEMA Aktif, Kampus Inklusif!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H