Lihat ke Halaman Asli

Mencari best practice pembelajaran yang mencerahkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam tulisan kami sebelumnya tentang 'Guru Mewariskan Nilai dan Moral' (Kompasiana,  17/3/14) dapat dilihat bahwa perubahan lingkungan yang didorong oleh teknologi dan informasi mengarahkan agar pendidikan fokus pada pembentukan karakter, nilai, moral, dan keterampilan2 untuk survive. Tentu hal ini perlu ditindaklanjuti dengan berbagai kebijakan pada berbagai level sebagai komitmen perubahan.

Antisipasi yang lebih praktis adalah bagaimana membangun guru yang sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapi saat ini. Ketika kita sudah menyadari bahwa pendidikan dengan berbagai dan peluang harus berubah, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perubahan itu harus terjadi.

Ada banyak strategi pembelajaran yang dikenal dan dikenalkan pada para guru. Beberapa strategi seperti Jigsaw, Student Team Achievement Development, Group Investigation, dan lain-lain. Kalau kita lihat pada hasil-hasil penelitian terkait strategi tersebut, kecenderungan umum yang diukur masih terbatas pada prestasi dalam mengakuisisi pengetahuan dalam menyelesaikan soal-soal yang bersifat kognitif. Masih perlu eksplorasi pada hasil-hasil pembelajaran yang bersifat affective (moralitas, kreativita, berfikir kritis, dll). Barangkali ada teman-teman dari bidang psikologi yang dapat merekomendasikan berbagai instrumen pengukuran hal-hal itu. Tentu instrumen yang sederhana sehingga para guru dapat menggunakannya dalam aktivitas mereka.

Dengan telah ditentukan kinerja yang diharapkan, strategi yang relevan dapat segera dikembangkan. Penelitian-penelitian ini yang kiranya penting diberi fokus oleh para pengembang pendidikan agar dapat dilakukan pergeseran dalam pendidikan yang mencerahkan. Pada level kebijakan nasional dengan berbagai diskusi yang ada, Kurikulum 2013 telah memberi banyak peluang. Agar vertical lack dalam implementasi memang perlu dukungan banyak pihak. Bukan sekedar ToT sederhana saja. Kita memerlukan sharing best practice dari teman-teman pendidik melalui berbagai media komunikasi agar menjadi pemercepat pendidikan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline