Ini Kisah bocah lelaki bernama Wibowo, yang perawakannya sangat gagah seperti patung polisi di depan Toko Buku Gramedia, Yogyakarta.
Di kota gudeg ini, dia tinggal di sebuah kampung bersama adik perempuan dan ibunya yang lumpuh, karena suatu penyakit. Sejak usia 7 tahun, Wibowo tak pernah lagi bertemu dengan ayahnya, karena ayahnya tak lagi pulang ke rumah . Kabar yang di dengarnya , ayahnya sudah menikah lagi dengan seorang janda muda di Solo. Karenanya, sejak itu Wibowo terpaksa harus hidup prihatin bersama ibu dan adik perempuannya.
Karena ibunya tak mampu berjalan, Wibowo membantu ibunya bekerja. Setiap berangkat sekolah , dia mengantarkan jajan pasar yang dititipkan di warung terdekat. Sisa barang dagangan dan uang hasil jualan kue diambilnya setelah pulang sekolah. Pada saat dia dan adiknya sekolah, si ibu di rumah bekerja sebagai tukang jahit. Orderan jahit dari tetangga sekitar, cukup untuk menanggung biaya hidup keluarga ini, meskipun pas-pasan.
Menurut kabar burung, ayah Wibowo adalah seorang pengusaha sukses . Jabatannya, Direktur di sebuah Dealer Mobil, dengan gaji ratusan juta per bulan. Meski tahu ayah kandungnya orang yang sukses, tak sekalipun Wibowo mencari ayahnya, karena ibunya mengajarkan bahwa sebagai seorang lelaki harus mampu berdiri diatas kaki sendiri. " Jangan bergantung pada nama ayahmu. Kamu lelaki, kelak sendiri. " ujar sang ibu.
Wibowo mematuhi pesan ibunya. Dia sama sekali tak pernah mencari sang ayah. Baginya ayahnya cukup tertera di KK , akta kelahiran dan surat nikah yang dimiliki ibunya. Kala rindu dengan ayahnya, dia cukup memandanginya lewat foto-foto kenangan yang mulai usang. Sesekali, dia lihat wajah ayahnya muncul di televisi. Berjabatan dengan Gubernur, Bupati dan Menteri. Wibowo kecil selalu berteriak saat wajah ayahnya muncul dilayar televisi, meski kemudian Wibowo buru-buru beranjak dari layar televisi ketika melihat reaksi wajah ibunya.
" Jangan terlalu dekat dengan layar tivi Wo. Nggak baik buat mata kamu. " ujar ibunya.
Kalau sudah begitu, Wibowo beringsut dari layar televisi. Dia tahu ibunya tak suka kalau dia terlalu reaktif ketika wajah ayahnya muncul di televisi.
Hari-hari berlalu. Wibowo tumbuh dalam sebuah keluarga yang penuh dengan kesederhanaan. Tapi justru dalam lingkungan yang sederhana ini, kepribadiannya terasah menjadi lelaki yang kuat. Sampai suatu ketika , perusahaan sang ayah yang dulu sukses akhirnya bangkrut. Lalu sang ayah kembali ke istri pertama dan meninggalkan istri ke duanya . Wibowo sudah tumbuh dewasa dan berprofesi sebagai seorang dosen teknik mesin saat si ayah kembali ke keluarga ini.
Bagaimana reaksi Wibowo ?
Dengan besar hati Wibowo membuka hati. Dia terima sang ayah kembali kerumah. Tanpa dendam, tanpa kebencian. Dia sambut kedatangan ayahnya dengan banjir kerinduan dan lautan cinta yang selama puluhan tahun tertahan dalam dadanya.
" Masya Allah Ayah.. Ini rumah ayah juga, meski selama ini ayah tak pernah mau tinggal di rumah ini dan tak pernah mau mengigat keluarga ini. Tapi, ayah tetap boleh tinggal di rumah ini bersama kami, karena sejak berpuluh tahun lalu rumah ini terasa tidak lengkap tanpa ayah.. " ujar Wibowo.