Beberapa hari lalu saya nonton AADC 2, terdorong rasa penasaran. Konon film ini berhasil membukukan 3 juta penonton meski belum ada satu bulan film ini diputar. Harus saya akui, promosi film ini cukup berhasil memikat hati penonton, sehingga setiap jam putar bioskop-bioskop selalu kehabisan tiket. Setidaknya itu yang saya pantau dari beberapa bioskop di Jogja.
Tetapi ada alasan lain yang mendorong saya untuk menonton film ini di bioskop. Sebab, saya punya bayangan , film ini akan penuh dengan adegan drama romantic yang mengharu biru. Konflik antara Rangga dan Cinta yang 14 tahun tak bertemu. Ditambah dengan Karmen yang terjerumus persoalan narkoba dan hadirnya Trian yang sudah menjadi tunangan Cinta. Rasanya sebuah ramuan persoalan yang sangat rumit , menarik dan asyik, karena penonton diajak untuk menyelami sisi-sisi persoalan antar mereka..
Sementara itu secara pribadi, Rangga yang masih punya persoalan yang belum selesai. Persoalan pribadi dengan ibu kandung yang meninggalkannya dan menikah dengan pria lain, lalu Rangga juga harus berhadapan dengan Trian, sementara sebagai sahabat dekat, Cinta harus ikut menyelesaikan persoalan Karmen.
Namun semua ekspektasi saya terhadap film ini ternyata sangat berlebihan. AADC 2 meluncur sangat datar. Bahkan tak ada konflik yang menyengat selama durasi film diputar . Yang ada, film ini justru penuh dengan adegan travelling yang sedikit dibumbui dengan adegan drama. Maka.. Dinas Pariwisata dan semua pelaku wisata di Jogja berterima kasihlah dengan tayangan film ini. Sebab, secara tak langsung film ini telah mempromosikan potensi wisata Jogja sampai ke sudut-sudut terkecilnya.
Jika Spielberg mengatakan bahwa setiap sudut frame dalam sebuah film harus punya makna.. maka saya tak menemukan alasan diambilnya beberapa angle yang diambil di- tampilkan Riri Riza dalam film ini dengan persoalan besar antara Rangga dan Cinta. Namun, yang banyak ditampilkan Riri Riza dalam film ini adalah banyaknya beberapa peristiwa kebetulan.Misalnya.. secara kebetulan Rangga pergi ke Jogja dan pada saat yang sama Cinta juga pergi ke Jogja menghadiri sebuah pameran seorang seniman Eko Nugroho yang menurut film ini Eko merupakan seniman yang kurang dikenal. Lalu alasan apa Cinta bela-belain ke Jogja ?
Lalu hadirnya Rangga ke Jogja juga tanpa ada alasan kuat. Karena ibunya ? “ Selama ini saya sudah merasa tak punya ibu. “ ujar Rangga Lalu apa yang membuat Rangga ke Jogja ? . Apa hanya karena bujukan Sukma adik tirinya yang baru saja dikenal ? Munculnya tokoh Sukma secara tiba-tiba di café Rangga , juga terkesan aneh. Begitu populerkah Rangga di Amerika sehingga café kecilnya gampang ditemukan ? ;)
Pertemuan Rangga dan Cinta di Pameran Eko Nugroho, juga sangat datar. Akan lebih manis jika Rangga melantunkan puisi, karena itulah senjatanya. Layaknya Arya Dwi Pangga yang merayu Nari Ratih. Tapi.. itu tidak terjadi. Penyair sekelas Rangga cukup menyapa Cinta secara biasa tanpa puisi. Pertemuan kedua insan ini pun sangat datar, Persoalan yang saya bayangkan rumit ternyata meluncur sangat biasa..
Selain itu..sejumlah adegan pun saya rasakan sangat janggal. Misalnya...saat Rangga ditampar Cinta ....ehhh… Cinta yang sudah out frame kembali nyamperin Rangga lagi untuk meminta maaf. Padahal adegan ini rasanya lebih manis jika Rangga mengejar Cinta yang meninggalkannya karena emosi, terjadi perdebatan sengit…berkelahi , bergumul direrumputan lalu.. diakhiri dengan adegan , tangisan dan ciuman. Usai itu... Cinta menceritakan alasannya menerima Trian sebagai tunangannya.. Manis sekali kelihatannya…
Tapi tidak demikian yang ditampilkan dalam film ini. Semua persoalan yang begitu rumit ternyata dapat selesai hanya dengan minta maaf dan puisi. Hee..hee… Andai hidup semudah itu.. akan banyak lahir para penyair...
Disisi lain, kesuksesan film ini meraup banyak penonton dan mampu bertahan cukup lama di bioskop harus diapreaiasi. Semoga film-film semacam ini mampu menular ke film Indonesia lainnya, sehingga layar bioskop kita nantinya lebih banyak diputar film-film berkualitas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H