Lihat ke Halaman Asli

Project Lulus Tahun Depan!

Diperbarui: 5 Oktober 2015   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkuliahan semester 9 sudah berjalan 2 minggu. Rasanya semangat sekali untuk menjalani aktivitas kuliah lagi seperti biasanya. Walaupun sudah tidak ada lagi yang dikenal selain dosen, security, petugas BAAK, dan para pedagang di kantin. Karena, tahu lah, teman satu angkatan sebagian besar sudah lulus. Ada beberapa yang masih senasib, berusaha menyelesaikan S1 sampai dengan semester 9 ini. Saya sendiri? Saya sudah pasti minimal dan maksimalnya harus menjalani kuliah ini sampai semester 10. Beban SKS yang masih menumpuk dan juga proyek skripsi yang belum juga saya sentuh. Semester 10 nanti adalah kesempatan pertama dan terakhi untuk bisa menyelesaikan skripsi, menyelesaikan kuliah. Dan jika Allah meridhoi, saya akan bisa menyandang gelar Sarjana Komputer tahun depan, Amin, InsyaAllah.

Kenapa saya bilang semester 10 nanti adalah kesempatan pertama dan terakhir untuk menyelesaikan skripsi sekaligus kuliah? Well, peraturan pemerintah yang masih simpang siur tentang masa studi S1 membuat saya sendiri malas untuk mencari tahu. Tapi pada intinya, kampus tempat saya kuliah telah memutuskan untuk memberlakukan peraturan pembatasan masa studi S1 hanya sampai dengan 5 tahun. Sejak 1 Juni kemarin, peraturan ini fix berlaku untuk setiap mahasiswa di kampus ini. Tidak peduli dia angkatan tahun berapa, tidak peduli dia sudah semester berapa. Selama masih berstatus mahasiswa di kampus ini, peraturan itu telah resmi mengikat.

Tentu saja, sebagai mahasiswa semester "banyak" awalnya saya sedikit keberatan, desperate, tidak terbayang bagaimana nasib kuliahku ini. Selama ini saya menjalani kuliah ini dengan "santai", bahkan bisa saya katakan saya menjalaninya sesantai mungkin. Karena selain kuliah saya juga punya pekerjaan tetap. Jadi memang saya membiayai kuliahku sendiri. Dan terkadang masalah hidup di luar kehidupan kampus itu lebih berat saya rasakan sehingga lagi lagi, terkadang, saya mengesampingkan kuliah. Itulah mengapa, sampai sekarang alih - alih saya telah bisa mencari pekerjaan yang lebih baik dengan ijazah S1, saya malah masih berkutat dengan tugas kuliah, dosen cantik dan ganteng, serta mondar - mandir ke kampus yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat dari kost. 

Tapi kemudian berpikir lagi, dan lagi. Pembatasan masa studi S1 di kampusku ini ada hikmahnya juga. saya jadi mulai memikirkan bagaimana caranya agar cepat lulus dari kampus ini. Kampus ini adalah kampus swasta yang tentu saja berdiri di bawah bendera sebuah yayasan. Secara otomatis segala hal dikampus ini berjalan dengan adanya uang. Uang dari mahasiswa yang dengan berbagai cara diperas secara terus menerus, dengan imbalan status mahasiswa. Mulai dari hal-hal sepele seperti melihat history akademik saja. Cetak KHS, Absensi, KRS semester yang telah lalu, semuanya harus bayar. Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran uang kuliah. Penyesuaian biaya kuliah dengan angkatan baru sebagai sanksi keterlambatan pembayaran uang kuliah. Dan lain - lain. Banyak hal menjadi komersil di kampus swasta seperti kampus saya ini. Sedangkan untuk ilmu pengetahuan yang diberikan, tidak seperti yang saya bayangkan sebelum memutuskan untuk kuliah dulu. Jauh dari harapan.

Dosen yang saya rasa tidak kompeten juga adalah salah satu sebab, kenapa kuliah saya jalan di tempat. Beberapa dosen menerapkan aturan yang mengerikan bagi mahasiswa pekerja seperti saya, tanpa dibarengi dengan kompetensi untuk mengajar dan menyalurkan pendidikan kepada mahasiswanya. Jujur, dan saya akui juga ini sebagai kesalahan saya sendiri, saya sering menyepelekan orang. Saya menilai dosen dari caranya mengajar. Sering kali saya tidak mengikuti beberapa mata kuliah karena saya pikir mereka tidak cukup kompeten untuk menyampaikan mata kuliah tersebut. Jadilah banyak mata kuliah saya yang tidak lulus. Karena biasanya saya hanya mengikuti beberapa pertemuan pertama, setelah saya sadar dan saya pikir dosennya tidak bagus, saya tidak akan datang lagi ke kelas itu.

Hal seperti ini berjalan disemester 4, 5, dan 6. Beberapa juga terjadi di semester 7. Itulah mengapa, sampai sekarang ini beban sks 146 untuk jenjang strata satu yang seharusnya sudah selesai di semester 7 atau 8 kemarin, masih harus saya selesaikan sampai dengan semester 10 nanti. Disamping itu, pergaulan juga saya rasa menjadi penyebab kenapa fokus kuliah saya berubah di tengah - tengah masa studi. Saya sering berkumpul dengan teman - teman mahasiswa yang saya pikir sependapat dengan saya. Seringnya pendapat tentang dosen A, dosen B. Dan berbagai pendapat frontal tentang kampus. Kemudian kami akan berjamaah tidak mengikuti perkuliahan dosen tertentu dan memilih tidak memikirkannya dengan jalan, karaoke, nongkrong, nonton, dan lain - lain. Hal - hal yang bisa membuat saya melupakan sejenak ketidak senangan saya dengan dosen ataupun kampus.

Tapi semuanya baru terasa setelah melihat teman - teman satu angkatan yang dengan sabar dan besar hati mengikuti semua kemauan dosen dan apapun peraturan mereka dari semester 1 sampai semester 7, mereka wisuda tepat waktu. Malah, banyak dari mereka yang menurut saya, bukan bermaksud menyepelekan, tidak terlalu bagus dibidang akademik. Tapi satu yang jelas dari mereka adalah mereka mengikuti semua peraturan, dan apapun ketentuan dari dosen dan kampus. Mereka rajin, dan tidak memelihara pemikiran ideologis dan frontal seperti beberapa mahasiswa lain. Mereka fokus dengan tujuan mereka kulliah, lulus. Entah bagaimanapun jalannya. Yang jelas mereka lulus tepat waktu. S1 di kampus saya ini bisa ditempuh dalam waktu 7 semester saja, jika benar - benar mengikuti semua peraturan dan jadwal yang telah ditentukan. 

Begitulah, sampai dengan saat ini, mungkin saya telah melewatkan 2 kali periode wisuda, dan masih akan ada lagi. Apakah saya menyesal? Jelas, tapi tidak terlalu dalam. Kemarin saya kuliah main - main, istilahnya. Tapi sekarang, saya berusaha untuk mengembalikan fokus saya ke tujuan awal kuliah, cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Apakah hal ini mudah? Tentu saja tidak. Setelah bertahun-tahun kuliah dengan sistem "sesantai mungkin" dan sekarang tiba-tiba harus dikejar dengan batas masa studi yang tinggal 2 semester lagi. Sama sekali bukan hal yang mudah. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka, mudah tidak mudah, saya harus bisa lulus di semester 10 nanti. Jika tidak, tentu saja statusnya akan DO. Memang ada kebijakan lain dari kampus, istilahnya pemutihan. Registrasi ulang untuk mahasiswa bangkotan yang telah habis masa studinya. Tapi ini adalah hal yang saya hindari. Itulah kenapa saya harus lulus disemester 10 nanti. 

Berdasarkan perhitungan saya, sisa beban SKS yang harus saya tempuh bisa diselesaikan sampai semester 10. Tentu saja jika saya juga bisa menyelesaikan skripsi saya di semester 10. Tapi tentu saja dengan sistem informasi akademik yang masih belum bisa dibanggakan dari kampus ini. Apapun bisa terjadi. Tapi tetap saya harus optimis. Saya mulai berpikir ulang untuk menilai beberapa dosen yang kurang saya sukai. Bagaimanapun, mereka adalah yang berkuasa dikelas. Saya jadi ingat masa orientasi dulu awal - awal masuk. Dikampus saya, ini disebut P2K, saya sudah lupa kepanjangannya. Saat itu disebutkan:

"Pasal 1 Dosen tidak pernah salah"

"Pasal 2 jika Dosen salah, kembali ke pasal 1"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline