Lihat ke Halaman Asli

Politik “Teman Makan Teman”

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kanibalisme antar para calon legislatif (caleg) menjadi isu seru dari para politikus saat ini. Ada kekhawatiran terjadi wabah TTMT (Teman Tapi Makan Teman) untuk merebut kursi caleg pada Pemilu 2014. Kenapa harus khawatir? Bukankah politik itu memang sulit menghindar dari praktek menghalalkan segala cara?

Magnit kekuasaan memang luar biasa. Kata para orang tua, “Harta, tahta dan wanita” menjadi tiga poin penting dalam kehidupan seorang lelaki. Tak heran, bila kursi caleg yang masuk dalam porsi kekuasaan/tahta ini menjadi incaran banyak orang. Dunia politik memang didominasi oleh kaum lelaki. Mungkin karena politik menguras energi. Demi kemenangan, beragam strategi dilakukan, termasuk cara kanibalisme atau saling memakan antar caleg demi mengamankan kursi legislatornya. Ini fenomena yang menyedihkan sekali.

Tetapi, saya menyakini bila caleg melakukan hal tersebut, hasilnya akan kontraproduktif, bahkan bisa menjadi bumerang bagi pelaku kanibalisme itu sendiri. Hasil Pilkada diberbagai daerah menjadi indikasi bahwa rakyat saat ini tidak mudah didekte. Rakyat yang dibombardir beragam informasi sudah cukup cerdas untuk membedakan caleg yang sekedar ingin berkuasa atau benar-benar memiliki visi dan misi untuk memperbaiki bangsa ini.

Strategi kampanye hitamdengan menjelek-jelekkan lawan politiknya itu akan membawa bangsa ini kembali ke kemunduran. Dalam memenangkan persaingan, seharusnya masing-masing caleg mengedepankan etika berpolitik dan inovasi, dengan cara menawarkan program-program yang benar-benar bisa menjadi solusi bagi persoalan bangsa saat ini hingga strategi kampanye yang memanfaatkan media sosial facebook, twitter maupun youtube untuk mensosialisasikan figur dan program-programnya.

Di sisi lain, Komisi Pemilihan Umum/KPU penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya praktek kanibalisme tersebut melalui regulasi atau peraturan yang dibuatnya. KPU bisa memberikan sanksi keras, mulai dari peringatan tertulis hingga ancaman untuk mengugurkan pencalonan caleg yang terindikasi melakukan praktek tercela tersebut.

Keinginan memenangkan persaingan merupakan hal manusiawi. Tetapi sebagai bangsa yang besar, Indonesia sudah seharusnya membangun persaingan politik yang sehat dan bermartabat agar memnghasilkan wakil rakyat yang benar-berkualitas dan menjunjung tinggi etika.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline