Lihat ke Halaman Asli

Jokowi Vs Bibit Waluyo

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Adegan Gubernur DKI Jakarta Jokowi mencium tangan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo saat pelantikan Walikota Solo FX. Rudyatmo, pengganti Jokowi, menjadi trending topic di twitter maupun BBM. Kenapa Jokowi mencium tangan Bibit Waluyo? Sudah menjadi rahasia umum jika  Bibit dan Jokowi  kerap berkonflik. Konflik itu terjadi karena Jokowi sebagai Walikota Solo menentang pembangunan mall di eks pabrik es Saripetojo di kawasan Purwosari, Solo. Menurut Jokowi, Saripetojo peningggalan  Belanda itu merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan, sebaliknya Bibit menyetujui diubah menjadi mall. Saat itu, Bibit menyebut Jokowi sebagai orang bodoh. "Tempat mau dibikin bagus, kok tidak boleh," katanya.

Ketidaksukaan Bibit terhadap Jokowi berlanjut saat Jokowi berhasil mempopulerkan Mobil Esemka Rajawali buatan anak-anak SMK di Solo. Bibit sebagai Gubernur Jawa Tengah bukan memberi apresiasi, tetapi malah mencela."Wis ora usah cari muka. Mobil kuwi ora gampang, wis laik jalan durung, mengko yen sembarangan yen nabrak kebo piye (Tidak usah cari muka. Mobil itu untuk bisa layak, aman dikendarai tidak mudah. Nanti kalau nabrak kerbau gimana?)." Kira-kira demikian, kalimat sinis yang pernah meluncur dari Bibit saat itu.

Sikap Bibit saat itu mengundang amarah publik. Melalui jejaring sosial, Bibit diserang habis. Perilaku Bibit yang dinilai banyak orang arogan dan iri hati itu tidak mencerminkan perilaku pemimpin. Keangkuhan Bibit itu kembali terekam jelas saat Jokowi mencium tangan Bibit, padahal posisi dia sebagai Gubernur DKI Jakarta jauh lebih bergengsi dibandingkan Bibit. Saat itu, Jokowi mungkin memosisikan dirinya sebagai eks Walikota Solo atau bisa jadi sesuai dengan karakternya yang tidak suka "ribut", dia bersedia mengalah memberi sinyal perdamaian. Selain itu, Bibit merupakan seniornya.

Tetapi, dasar Bibit arogan, responsnya tetap terlihat dingin. Dalam kacamata psikologi, arogansi Bibit itu bisa pertanda menutupi kekurangannya. Faktanya, dalam segala hal, dia memang kalah dari Jokowi. Tidak berprestasi. Orang yang agresif menutupi ketidakmampuannya dengan sikap arogan, sebaliknya pribadi yang minder menutupinya dengan pendiam.

Sejatinya, menjadi pemimpin yang dicintai rakyat merupakan keinginan semua pemimpin. Itu bisa terealisasi bila dia mau dekat dengan rakyatnya dan memosisikan dirinya sebagai rakyat. Perilaku ini yang ditunjukkan oleh Jokowi. Bahkan, pakaian sederhana yang dikenakan saat mendatangi kawasan "bermasalah" di ibukota itu bertujuan agar lebih dekat dengan rakyat. Seandainya, Pak Bibit mau melakukan seperti yang Jokowi kerjakan, tentu dia juga bakal dicintai oleh rakyat Jawa Tengah, khususnya.Ibarat kata pepatah,"Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama." Tidak ada warisan yang lebih baik, saat ruh meninggalkan raga, kecuali nama yang baik. Jika dia, seorang pemimpin, tentu yang dicintai oleh rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline