Dalam sejumlah survei, elektabilitas Partai Demokrat tak kunjung naik menjelang Pemilu 2014. Salah satu hasil Survei yang di rilis oleh Kompas, elektabilitas Partai Demokrat terus turun dari 11,1 persen (akhir 2012), menjadi 10,1 persen (pertengahan 2013), lalu turun lagi menjadi 7,2 persen di akhir 2013. Survei Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) yang dirilis pada Kamis (13/3/2014) bahkan menempatkan Demokrat di urutan keenam dengan elektabilitas hanya 2,24 persen.
Namun surve tersebut bukan acuan bahwa keruntuhan Demokrat menjadi mutlak dalam pemilu 2014, banyak faktor lain yang dapat merubah sebuah analisa surve yang menggiring pada perbedaan hasil penelitian. Sebut saja faktor SBY walau sikap sinis terhadap kinerja pemerintahan yang dipimpinya, namun masih banyak masyarakat yang mengidolakan SBY sebagai sosok yang mengayomi. SBY adalah simbol nyata pemerintahan saat ini yang sukses memajukan Indonesia. Masyarakat lebih melihat sosok SBY yang juga ketua umum Partai Demokrat ketimbang kinerja Anggota DPR RI Fraksi Demokrat di Senayan. Keberadaan sosok SBY kembali ditonjolkan dalam kampanye Partai Demokrat sebagai pilihan yang "aman". Mengacu pada kemenangan Demokrat di Pemilu 2004 dan Pemilu 2009 adalah karena sosok SBY yang saat itu maju sebagai capres Demokrat. Di saat itu Demokrat tengah melejit-melejitnya dibandingkan partai lain, dan tidak mungkin dipungkiri pada pemilu 2014 akan terulang kembali.
Partai Demokrat juga memiliki kandidat dari konvensi calon presiden yang dapat menjadi juru kampanye nasional. Konvensi Partai Demokrat sejak awal banyak mendapat cibiran karena dianggap hanya formalitas dan langkah Demokrat untuk menaikkan elektabilitasnya. Namun, pengamat politik Prayudi Setiadharma menilai, sejumlah pihak jangan terlalu buru-buru mengesampingkan konvensi ini. konvensi tersebut memiliki kualitas. Sebab, para pesertanya bukan tokoh-tokoh sembarangan. Mereka dinilai Prayudi punya potensi untuk mengubah wajah politik pada Pilpres 2014. semangat konvensi ini juga sangat layak untuk diapresiasi. Mengingat, langkah ini merupakan upaya positif Partai Demokrat untuk turut menawarkan alternatif calon pemimpin bangsa jelang pilpres. Nilai positiv dari konfensi adanya opsi dari Partai Demokrat yang ingin memberikan yang lebih lengkap untuk masyarakat, bisa saja peserta konvensi yang lain disandingkan dengan Dahlan. Misalnya yang berlatarbelakang militer seperti Pramono Edhie Wibowo, atau Anis Baswedan yang memiliki kapasitas di bidang akademisi.
Bagaimana peran Partai Demokrat dalam pemerintahan setelah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tak lagi di pemerintahan? Semua memang tergantung pada hasil pemilu legislatif 2014 mendatang. Namun nama SBY diyakini dapat meningkatkan elektabilitas Demokrat. Selain sosok SBY Demokrat itu parpol yang selalu buat kejutan. Tahun 2004 kita target 3,5 persen tapi dapat 7,5 persen. Tahun 2009 target 15 persen dapatnya 21 persen. SBY juga kerap memiliki kejutan kejutan yang terkadang tidak terfikirkan oleh nalar masyarakat umum, SBY juga memiliki amunisi dan pengalaman memimpin era politik yang gaduh. Membaiknya negara ini tidak lepas dari program-program pemerintah yang prorakyat. Dukungan penuh dari Demokrat sebagai partai pemenang pemilu dua periode merupakan bukti konkret. program pemerintah bersama Demokrat harus didukung karena seluruhnya adalah untuk kesejahteraan rakyat. beberapa program yang prorakyat di antaranya adalah Jamkesmas, BOS, PNPM, KUR hingga BPJS yang baru diluncurkan awal tahun ini. Program-program ini diwujudkan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.
Partai Demokrat akan naik elektabilitasnya. Masih ada waktu yang cukup untuk bekerja politik, menaikkan elektabilitas partai. SBY tetap di Demokrat, dan tetap akan menjadi magnet elektoral bagi Demokrat. Partai Demokrat pada pemilu sebelumnya tak mengubah preferensinya. Selain itu, posisi Presiden SBY, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, akan tetap menjadi magnet elektoral yang cukup signifikan. Paradigma kesejahteraan rakyat memang sangat perlu diperdebatkan oleh siapa saja terutama pejabat yang bertugas memikirkan upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Upaya-upaya ke arah itu selama ini dianggap cukup memadai melalui peningkatan kemakmuran rakyat (pembangunan ekonomi) atau melalui program-program penanggulangan kemiskinan yang hasilnya memang sejauh ini masih belum menggembirakan. Namun banyaknya upaya untuk mewujudkanya harus diberikan apresiasi bagi siapapun yang ingin memperjuangkanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H