Lihat ke Halaman Asli

Suleman ArisonRajagukguk

Pengendali Ekosistem Hutan

Model UPSA, Sinergi Ekologi dan Ekonomi Desa Labian Iraang

Diperbarui: 27 November 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panen hasil UPSA

Tulisan ini dibuat oleh Suleman Arison Rajagukguk, S.P., Dr. Dewi Kurniati, S.P., M.M., Dr. Dra. Eva Dolorosa, MM., M.Sc. yang sedang menempuh pendidikan Magister Agribisnis di Universitas Tanjungpura.

Desa Labian Iraang, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, menjadi contoh nyata bagaimana upaya pelestarian lingkungan dapat diintegrasikan dengan penguatan ekonomi masyarakat melalui program Model Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UPSA). Program yang diinisiasi oleh BPDAS Kapuas ini beroperasi sejak 2023 hingga 2025 dengan dua tujuan utama: memulihkan kawasan hutan kritis yang terdegradasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui aktivitas agribisnis berbasis keberlanjutan.

Sebagai bagian dari Heart of Borneo, Kabupaten Kapuas Hulu adalah wilayah strategis yang menyimpan kekayaan hayati sekaligus menghadapi tantangan ekologis akibat deforestasi dan pengelolaan sumber daya alam yang kurang optimal. UPSA hadir sebagai model inovatif untuk menjawab tantangan ini, terutama di Desa Labian Iraang. Pelibatan Kelompok Tunas Harapan sebagai mitra lokal menjadi kunci keberhasilan program, dengan pendekatan agribisnis berbasis tanaman keras dan semusim yang memberikan manfaat ekologis sekaligus ekonomis.

Kegiatan adalah Kegiatan Model Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam (UPSA) Tahun 2023-2025 dengan pelaksana Kelompok Tunas Harapan yang bersumber dari dana Pemerintah melalui BPDAS Kapuas yang terletak di Desa Labian Iraang Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu dengan jenis tanaman keras adalah durian, petai, Jengkol dan tanaman semusim adalah jahe merah, kucai, labu dan cabe. Pendekatan ini terdiri dari tiga komponen utama:

Rehabilitasi Lahan Kritis di kawasan hutan yang mengalami degradasi di desa ini direhabilitasi dengan menanam berbagai jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi. Tanaman keras seperti durian, petai, dan jengkol dipilih karena kemampuannya memberikan manfaat jangka panjang melalui hasil panen buah sekaligus berfungsi sebagai pelindung ekosistem hutan. Sementara itu, tanaman semusim seperti jahe merah, kucai, dan cabai dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan langsung yang lebih cepat kepada masyarakat.

Dukungan Teknis dan Modal untuk masyarakat yang terlibat dalam Kelompok Tunas Harapan menerima berbagai dukungan baik finansial dan teknis, termasuk pelatihan tentang teknik penanaman, pengelolaan hama, dan pemanfaatan lahan. Selain itu, kelompok ini mendapatkan bantuan berupa alat pertanian, pupuk, herbisida, dan upah harian selama masa penanaman dari pemerintah melalui BPDAS Kapuashal ini di ungkapkan Ketua kelompok, Bapak Fransiskus Ronggai mengatakan "kegiatan UPSA ini sangat membantu perekonomian masyarakat, karena masyarakat dapat memanfaatkan kawasan hutan untuk menanam tanaman yang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi, yaitu pemulihan lahan kritis dan juga penambah penghasilan berupa hasil hutan bukan kayu. masyarakat mendapatkan bantuan berupa upah harian, peralatan pertanian berupa cangkul, parang, dll. serta mendapatkan bantuan pupuk dan herbisida. sehingga masyarakat mendapatkan dampak ekonomi saaat ini melalui updah dan mendapatkan manfaat dari tanaman seperti tanaman jahe merah dan kucai yang sudah panen".

Penguatan Kapasitas Agribisnis Kelompok Tunas Harapan juga menekankan pentingnya penguatan kapasitas agribisnis. Pendekatan ini mencakup pelatihan dalam pengolahan hasil panen, pemasaran produk, serta diversifikasi usaha untuk menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih kuat bagi masyarakat.

Keberhasilan Awal: Panen dan Nilai Ekonomi

Hasil awal dari program UPSA di Desa Labian Iraang menunjukkan capaian yang menggembirakan. Beberapa tanaman semusim seperti kucai dan jahe merah telah memberikan hasil nyata bagi anggota kelompok. Berikut adalah detail hasil panen dan nilai ekonominya:

Kucai: Produksi mencapai 150 kg per tahun dengan harga jual Rp25.000 per kg, memberikan pendapatan tahunan sebesar Rp3.750.000.

Jahe Merah: Produksi sebesar 90 kg per tahun dengan harga jual Rp50.000 per kg, menghasilkan pendapatan tahunan Rp4.500.000.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline