Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Simulasi Pembelajaran Kelas Rangkap Model 333? Penasaran? Simak, Ya!

Diperbarui: 19 Desember 2024   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Praktik Pembelajaran Kelas Rangkap Model 333!

Penerapan model Pembelajaran Kelas Rangkap pada umumnya lebih banyak dilakukan pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Konsep Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tidak hanya ada di Indonesia, tetapi di beberapa negara salah satunya adalah Amerika Serikat yang menggunakan sistem Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan bentuk pembelajaran yang mengharuskan seorang guru mengajar di satu atau lebih ruang kelas secara bersamaan di saat yang sama, serta menghadapi tingkat kelas yang berbeda.

Pendidikan di daerah terpencil atau minim sumber daya sering menghadapi berbagai kendala, salah satunya adalah keterbatasan jumlah guru. Salah satu solusi yang dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini adalah Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Salah satu model yang paling sering digunakan adalah Model 333. Praktikan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan model ini harus memiliki pemahaman mendalam tentang metode serta strategi implementasinya. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah strategi pengajaran di mana seorang guru mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda dalam satu ruangan secara bersamaan. Model 333 dalam PKR adalah pendekatan di mana tiga tingkatan kelas diajarkan oleh satu guru, dalam waktu yang sama, dengan pembagian waktu belajar yang seimbang. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah strategi pengajaran di mana seorang guru mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda dalam satu ruangan secara bersamaan.

Model PKR 333, sama dengan Model PKR 222, merupakan Model PKR Modifikasi karena prinsip keserempakan tidak terkendalikan dengan utuh secara tatap muka mengingat terdapat batas fisik. Dampaknya perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak dapat berlangsung terus menerus karena masing-masing kelas harus menunggu hadirnya guru secara fisik. Waktu tunggu tentunya jauh lebih lama lagi karena guru harus berpindah-pindah di antara 3 ruangan. Model ini tidak dianjurkan untuk sering digunakan karena kurang efektif. Model ini hanya digunakan apabila memang secara fisik tidak dimungkinkan (Djalil, A. Dkk. 2016).

Praktikan pembelajaran kelas rangkap Model 333 berperan penting dalam mengatasi keterbatasan jumlah guru di sekolah. Dengan pengelolaan waktu, ruang kelas, dan strategi pembelajaran yang efektif, Model 333 dapat dijalankan dengan optimal. Guru dituntut untuk kreatif, fleksibel, dan mampu merancang pembelajaran yang menarik agar setiap siswa dari berbagai tingkatan kelas tetap mendapatkan pembelajaran berkualitas.

Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar melaksanakan praktik pembelajaran kelas rangkap dengan model 333. Dalam melaksanakan praktik pembelajaran kelas rangkap mahasiswi terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti, modul ajar, LKPD dan media pembelajaran. Bahwa mahasiswi dalam menyusun perangkat pembelajaran membuat untuk peserta didik 3 kelas tinggi sekolah dasar yaitu kelas IV, V dan VI. Materi pembelajaran kelas IV materi Matematika "Satuan Baku Panjang", kelas V IPAS "Rantai Makanan", dan kelas VI PPKN "Norma, Hak, dan Kewajiban". Setelah penyusunan perangkat pembelajaran akan disimulasikan oleh mahasiswi yang sebagai guru atau praktikan dan diterapkan kepada peserta didik secara nyata.

Pada pelaksanaan simulasi praktik pembelajaran kelas rangkap model 333,  guru bertanggung jawab atas tiga ruang kelas, yaitu kelas IV, V & VI dengan pembagian tiga kelompok di masing-masing ruangan. Pelaksanaan berlangsung kondusif berkat briefing awal yang diberikan kepada teman sekelas sebagai peserta didik. Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran seperti proyektor dan smart TV turut mempercepat proses pencapaian tujuan pembelajaran. Tetapi, dalam pelaksanaan simulasi ini pasti adanya kekurangan dan kelebihan yang dirasakan oleh guru sebagai praktikan.

Kekurangan yang dirasakan yaitu fokus terbagi antara beberapa kelas, guru tidak selalu bisa memantau seluruh siswa secara optimal, kurangnya penguasaan materi yang disampaikan, materi yang disampaikan tidak secara terperinci karena waktu yang singkat, serta kurangnya penguasaan materi yang disampaikan. Mengatasi kekurangan tersebut, mahasiswi diperlukan latihan manajemen kelas secara baik dalam mempersiapkan pembelajaran kelas rangkap, Mahasiswa belajar menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan kebutuhan tiap kelas yang berbeda, sehingga melatih kemampuan adaptasi dan improvisasi.

Selain adanya kekurangan dalam proses simulasi pembelajaran kelas rangkap, ada kelebihan dalam praktik pembelajaran kelas rangkap yaitu, mahasiswa dapat merancang kegiatan, dan mengelola interaksi antara tiga kelas secara efektif, ketika pembelajaran peserta didik aktif ketika menjawab pertanyaan dari guru, serta pengunaan media pembelajaran yang interaktif dan LKPD yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk menghadapi berbagai tantangan nyata di lapangan dan mencari solusi atas permasalahan yang muncul.

Tertanda,

Dosen Pengampu : A. Syachruroji, M.Pd

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline