Lihat ke Halaman Asli

Mengudap nYamlengnya Sate Karang Pak Prapto

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sate Pak Prapto

Mengudap nYamlengnya Sate Karang Pak Prapto

Sate Karang Pak Prapto, Jl. Nyi Pembayun, Lapangan Karang Kota Gede Rabu 23 September 2009, saya dan Mas Eka berencana menikmati makan malam di sate Karang Kotagede. Kami sudah cukup lama merencanakan menikmati salah satu ikon kuliner ini bersama-sama karena terpesona oleh kabar nikmatnya sate karang. Kami kemudian mengajak Mas Kun yang kebetulan sedang mudik ke Jogja untuk ikut serta. Setelah maghrib, kami bertiga bersama keluarga masing-masing berangkat menggunakan Innova Mas Kun, 10 orang termasuk anak-anak berjejalan di dalam mobil. Dari rumah Turi yang terletak di utara Jogja, kami harus menyeberang Jogja yang macet di waktu lebaran untuk sampai di Kotagede. Untuk mengantisipasi itu, kami lewat jalan pedesaan yang langsung tembus ke ringroad Maguwoharjo, menuju Janti, keselatan dan sampai lapangan karang setela menempuh satu jam perjalanan. Sate Karang merupakan salah satu ikon kuliner Kota Gede. Disebut Sate Karang karena lokasi penjualannya di Lapangan Karang, Kota Gede. Sate ini dibuat dari daging sapi yang dibumbui saus kacang lalu disajikan bersama lontong dan kuah lodeh. Sate Karang mulai berjualan sejak tahun 1948, dijajakan berkeliling oleh Pak Karyo Semito, ayah Pak Prapto. Dan sejak tahun 1955, Pak Karyo memutuskan menetap di Lapangan Karang. Ada dua orang anak penerus Pak Karyo dalam berjualan sate sapi, Pak Prapto di lapangan Karang ini dan Pak Cipto yang membuka warung di jalan Kemasan Kotagede.

Sate Karang Pak Prapto

Ketika kami sampai, sekitar jam 8 malam, pengunjung sangat ramai, sehingga kami hanya memperoleh sedikit tikar di bawah tenda. Warung makan ini memang tidak menyediakan kursi sebagai tempat duduk, hanya tikar yang dihamparkan di atas tanah lapangan dan trotoar, ada yang beratap tenda dan ada yang beratap langit. Kami kemudian memesan minuman dan makanan. Minuman yang tersedia adalah teh poci dan wedang ronde. Saya memesan keduanya. Sedangkan makanannya yang tersedia di sate karang adalah sate bumbu kacang, sate bumbu kecap, sate bumbu kocor, lontong bumbu kacang dan lontong sayur sayangnya sate bumbu kocornya sudah habis.

Gerobak

Gerobak

Sambil menunggu pesanan kami siap, saya mengambil foto-foto, salah satunya foto gerobak dorong dulu digunakan untuk berjualan keliling kotagede, namun sekarang diparkir di sisi Utara-Timur lapangan Karang.

mBakar Sate

Membakar Sate

Saya juga sempat bertanya kepada Mas yang sedang membakar sate mengenai sate karang ini. Daging sapi bagian punggung bagian pinggir yang sudah dihilangkan ototnya direndam dalam bumbu rahasia. Kemudian daging yang sudah disunduki dipanggang di atas arang yang membara. Dalam sehari, diperlukan 20-25 kg daging sapi untuk bahan sate, sedangkan pada hari lebaran seperti saat kami berkunjung bisa menghabiskan 50 kg daging.

Ronde

Wedang Ronde

Pesanan minuman kami datang tidak lama kemudian, wedang ronde yang datang pertama kali. Wedang ronde adalah minuman khas Jogja, yang terdiri dari kolang-kaling, kacang sangrai, 2 atau 3 bola ronde kecil berwarna putih yang manis dan seduhan air dari ekstrak jahe parutan.

Teh Poci

Teh Poci
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline