Lihat ke Halaman Asli

3/30 Hari Menaklukan Fajar (Hujan dan Mimpi)

Diperbarui: 25 Mei 2016   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalah telak. Hari ke 3 menaklukan fajar  hasilnya masih NIHIL.Bukan fajar malah hujan yang datang selebat-lebatnya. Terdengar hebat namun tak mampu membangkitkan semangat.

Dari guyuran yang terdengar bergema di atap, tubuhku tak mampu bangkit malah  dia sibuk merayu mata untuk kembali menikmati mimpi yang mendatangkan seseorang yang ku rindukan sebagai tokoh utamanya.  Cinta yang menyapa hati di dongengkan hujan membawa kepada keindahan cerita dalam dunia maya  yang seperti nyata.

Mimpi ketika fajar memang selalu Indah. Bersambung dan terhubung pada dimensi waktu yang tak berujung. Dirinya datang menyapa dan mengurangi kadar kerinduan, bahkan bicara dan bersentuhan, bercerita, tertawa bersama dan pergi ke mana-mana. Aku menikmatinya hingga tak terasa ada janji yang teringkari.

Mimpi dan Fajar seolah-olah kompak hari ini, mencemari nama baik didunia nyataku. Apa daya sudah terlanjur dan sia-sia saja bersedih untuk itu. Fajar yang tak terkalahkan terima kasih untuk mimpi hari ini. Indah sekaliiiiii....

Ada sebuah cerita yang nyata namun tak bisa diceritakan begitu saja. Kisah dengan segenap kegamangan dan kerumitan, tentang rindu tak tertahankan yang harus ditahan. Tentang rasa yang tetap harus disembunyikan ditempat yang tak bisa ditemukan. Kita dipertemukan berkali-kali dalam dunia mimpi dan ku biarkan ini  hanya sebatas pertemuan  mimpi. Hanya mimpi yang mampu memahami kisah ini. Hanya mimpi yang boleh tahu tentang semua ini.

Jangan biarkan rasa penasaran membunuhmu teman. Ini bukan sesuatu yang akan ku ceritakan, kemudian kau berikan ucapan selamat. Ini sesuatu yang harusnya kau tidak boleh tahu. Maaf aku putuskan menjadi sesuatu yang misteri untuk ini.  

Entahlah. Sisi nyataku berjuang melawan fajar dan sisi jiwaku berjuang untuk sesuatu yang datang didalam mimpi. Sisi logikaku berjuang melawan kehidupan yang dimana-mana sudah dicemari dengan uang dan waktu yang terbuang.  Ujung mana yang harus di simpulkan terlebih dahulu?... bukankah kehidupan hanya tentang menanti ketetapan. Bagaimana kita sebagai ciptaan dipertemukan dengan berbagai kebahagian, kemudian ditempa kesedihan dan kekecewaan yang datang bergantian. Sepertinya setiap siklus pagi sejak dimulai datangnya fajar adalah kesempatan yang datang berulang-ulang. Selalu ada fajar esok hari, terlepas dia datang bersama hujan ataupun mentari bahkan bersama mimpi dia tetap setia datang lagi dan lagi setiap hari.

Rasa adalah cita dan cinta yang terlahir dari murninya empati dan simpati. Misteri tentang fajar yang tidak mudah takluk membawa jiwa kepada jawaban atas segala pertanyaan. Bahwa diri hanyalah sebatas ciptaan. Tahu diri adalah jalan pulang terbaik, jangan melawan cukup usahakan kemudian iklaskan. Apapun yang terjadi hari ini adalah ketetapan yang sudah disepakati pada suatu pertemuan 4 mata yang hilang dalam memori namun terngiang meski samar dalam kilas balik dari waktu fajar ke  waktu fajar . Selamat pagi cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline