Lihat ke Halaman Asli

Sulasmi Kisman

Warga Ternate, Maluku Utara

Perempuan Heroik di Balik Tenun Tidore

Diperbarui: 22 November 2020   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anita Gathmir Kaicil [Dok. Foto Istimewa]

"Ibunda Mama Ita bernama (Alm) Hj. Afiah bt. M. Abbas, puteri asli Tidore yang mempunyai marga Kaicil yaitu marga yang sama disandang oleh Sultan Nuku"

Berbagai motif kain tenun berjejeran rapi di lantai dua Rumah Tenun Ngofa Tidore. Tenun-tenun itu dilipat memanjang dan diletakkan di gantungan bambu tutul. Sama seperti pertama tiba di pelataran, benang berwarna-warni menjuntai tampak menghiasi ruang produksi. Di sudut yang berbeda, benang-benang direntangkan secara apik diatas ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). "Pengerjaan menenun belum selesai" ungkap Kak Wani ketika saya secara spontan bersitatap dengan salah satu alat tenun yang sisirnya masih kompak dengan benang.

Tenun Tidore memiliki beberapa motif tua yaitu Jodati yang memiliki arti ketulusan hati, Barakati yang berarti diberkati atau diberkahi dan motif Marsante yaitu keberanian. Setelah menunjukkan satu persatu motif tenun tersebut, kak Wani melanjutkan cerita heroik mama Ita dalam membangkitkan kembali Tenun Tidore, Puta Dino Kayangan. Salah satu wastra Nusantara yang satu ini memang telah lama tenggelam, kurang lebih 100 tahun.

Tenun Tidore memiliki beberapa motif tua yaitu Jodati yang memiliki arti ketulusan hati, Barakati yang berarti diberkati atau diberkahi dan motif Marsante yaitu keberanian. Setelah menunjukkan satu persatu motif tenun tersebut, kak Wani melanjutkan cerita heroik mama Ita dalam membangkitkan kembali Tenun Tidore, Puta Dino Kayangan. Salah satu wastra Nusantara yang satu ini memang telah lama tenggelam, kurang lebih 100 tahun.

Sembari bersandar di kursi bambu saya menyimak cerita Kak Wani. Semilir angin berembus mengantarkan saya menapaki jejak Puta Dino Kayangan. "Jodati, Barakati dan Marsante adalah motif tua". Seiring berjalannya waktu motif Tenun Tidore telah banyak dikembangkan. Namun mulanya berangkat dari motivasi Mama Ita.

Mama Ita atau Anita Gathmir Kaicil, SE adalah perempuan asli Tidore yang lahir di Soa Sio pada 14 Januari 1975. Ibunda Mama Ita bernama (Alm) Hj. Afiah bt. M. Abbas, puteri asli Tidore yang mempunyai marga Kaicil yaitu marga yang sama disandang oleh Sultan Nuku (Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Jou Barakati). Sejak umur empat tahun Mama Ita sudah meninggalkan Tidore karena mengikuti orang tua yang sering ditugaskan mengajar di berbagai wilayah nusantara.

Meskipun raga tak berada di Tidore kecintaan pada tanah kelahiran ini senantiasa terpatri di dalam diri. Mama Ita merasa terpanggil untuk mengangkat dan mempromosikan serta berbagi ilmu kepada masyarakat Tidore. Tercatat mulai tahun 2009 banyak kegiatan yang dilakukan diantaranya seperti melatih masyarakat pulau Mare dalam pembuatan keramik, mengadakan pelatihan pembuatan aksesoris dari bahan Clay termasuk mulai mengembangkan kain khas Tidore yang diberi nama Puta Dino Kayangan.

Puta Dino Kayangan adalah istilah bagi Kain Tenun Khas Tidore. Puta memiliki arti kain sedangkan Dino yaitu tenun atau anyaman. Dua kata ini merupakan bahasa Tidore. Sementara Kayangan adalah tambahan kata yang diberikan oleh Jou Sultan Tidore yang memiliki makna tinggi. Harapannya Puta Dino dapat mengangkat nama Tidore dan dapat dikenal oleh masyarakat secara luas.

Kak Wani juga mengajak berkeliling melihat koleksi Puta Dino lainnya di dalam etalase. Sembari memberikan penjelasan, "Rumah Tenun Ngofa Tidore yang memiliki desain cantik ini juga merupakan buah perjuangan Mama Ita". Kemudian ditambahkan, "dari Mama Ita Wani banyak belajar". Kak Wani bergabung menjadi penenun pada tahun 2017 setelah mengikuti pelatihan di Jepara. "Sampai sekarang belum ada satu kain tenun pun yang benar-benar dikerjakan sendiri". Biasanya hanya melanjutkan pekerjaan dari teman-teman lain. "Menenun adalah seni, perlu dikerjakan dengan hati-hati dan kesabaran tinggi," begitu akunya.

Selayang Pandang Tenun Tidore  

Anita Gathmir, perempuan pegiat tenun Tidore menuturkan pengembangan tenun Tidore bermula dari komentar netizen di sosial media. Mereka mengomentari keberadaan kain khas Tidore di salah satu postingan kegiatan adat Kesultanan Tidore. Hal tersebut memotivasi perempuan yang piawai membuat keramik ini dalam menapaki jejak kain tenun di Tidore.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline