Simoan adalah Kumpulan Cerpen jebolan salah satu penulis Maluku Utara, Rajif Duchlun. Lelaki pecinta teh manis, yang biasa disapa Aji ini menggeluti dunia tulis-menulis sejak usianya belum genap dua puluh tahun. Tepat di 2009, lelaki kelahiran tanah Halmahera 25 tahun silam ini beranjak ke kota Ternate untuk melanjutkan studi S1-nya. Fakultas Perikanan Universitas Khairun menjadi tambatan hati penulis. Bersama Unkhair penulis berlayar mendalami ilmu Perikanan, diam-diam juga melirik dunia kesusasteraan.
Simoan adalah Kumpulan Cerpen perdana Rajif Duchlun terbitan Leutika Prio setelah sebelumnya "RD" (inisial Rajif Duchlun, red) berhasil menelurkan karya perdana Antologi Puisi Lentera Fajar dan sebuah Buku Orang Miskin Menatap Masa Depan. Simoan memuat 15 cerpen pilihan RD.
Simoan
Cerpen Simoan mengangkat kisah hidup perempuan berparas cantik bernama Simoan. Gadis ini adalah anak seorang pengusaha Jagung dari kota Ratulangi. Simoan adalah derita dari ulah lelaki berdarah Cina yang tak lain adalah direktur dimana Simoan bekerja di Pulau Tomote. Dajil namanya, begitu mencinta, bak remaja yang rakus membaca catatan-catatan Gibran dan kemudian bertebaran mencari paras jelita di tengah-tengah ilalang. Cintanya pada Simoan begitu luar biasa. Tapi apa hendak dikata kekecewaan yang membuncah di kepala pun menjadikannya seperti serigala.
"Kemurkaan Dajil akhirnya berujung pada genangan darah dan teriakan pilu yang mendalam. Simoan terpental ke bahu jalan seraya meminta bantuan dan pertolongan. Keesokan harinya, berita tersiar ke mana-mana. Penemuan mayat perempuan berbadan dua menggegerkan telinga-telinga warga. Pulau Tomote, akhir desember seperti dipeluk duka"
Topeng
Topeng adalah secercah ke-abusurd-an yang disajikan penulis. Topeng itu ada di Teluk Jai, teluk yang banyak menyimpan misteri. Teluk Jai telah dikunjungi banyak sejarawan, budayawan maupun para peneliti dari kampus-kampus besar dunia. Topeng yang disajikan sekali lagi bukan topeng biasa. Sebagaimana Pengantar Prof Gufran A. Ibrahim "Dunia Pencarian-Pergelutan Rajif Duchlun" :
"Catat misalnya dalam cerpen Topeng. Di sini Rajif menggugat kebohongan, kepura-puraan, dengan menyodorkan topeng kejujuran. Di sini Rajif dengan memanfaatkan "topeng" sebagai alat untuk mengkritik kepura-puraan, kemunafikan, tak sejalannya kata dan tindakan yang tengah menjangkiti sekian orang di era yang serba pragmatik ini. Bukan hanya itu, Rajif bahkan mendebatkan apakah "topeng kejujuran" itu sendiri asli atau palsu. Kritik tentang ketidakjujuran dan kepura-puraan yang tentu saja mematikan "keterusterangan". Pada titik ini, bukan saja soal "terus-terang" versus "pura-pura", "jujur" versus "bohong", tetapi pada apakah wajah pura-pura dan terus-terang itu menjadi tampilan yang benar-benar membikin jaminan tentang "keaslian" ketika kita konfirmasi ke lakon kita sehari-hari di mana "asli" dan "palsu" begitu sulit dibedakan? "Asli" bisa tiba-tiba menjadi "palsu" ketika perilaku kemunafikan menjadi selera manusia rakus, ambisius, dan penuh watak manipulatif. Sebaliknya, "palsu" pun tiba-tiba menjadi "asli", menjadi dasar kaidah kebenaran, ketika kejujuran telah berubah menjadi barang langka dan aneh, anomaly, di tengah-tengah kepura-puraan yang menjangkiti manusia-manusia penghamba benda-benda, materi-materi mondial yang menghapus-abis sifat berterus-terang sebagai pemarkah "manusia beradab tinggi".
Begitu pengantar Prof. Dr. Ghufran Ali Ibrahim, M.S yang sekarang menjabati Kepala Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Lelaki Alhambra dan Perahu Kenangan
Cerpen Lelaki Alhambra dan Perahu Kenangan menceritakan perjalanan impian antara Cortez dan perempuan idamannya.