Aliansi Petani Kelapa Sawit Keling Kumang (APKS KK) telah memulai perjalanan pertanian regeneratif di Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau dan Bengkayang. Metode ini dipakai sebagai acuan dan panduan bagi para petani yang ingin mulai menggunakan cara bercocok tanam ramah lingkungan sekaligus juga sambil meningkatkan kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, mendorong konservasi, memastikan ketersediaan air, meningkatkan penyerapan karbon dioksida - dan, secara keseluruhan, membuat pertanian menjadi lebih tahan terhadap guncangan dan dampak perubahan iklim. Solidaridad mendorong para petani swadaya yang didampingi untuk mulai beralih ke praktik pertanian regeneratif ini sebagai salah satu upaya mewujudkan ketahanan iklim dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi.
Di Kalimantan Barat, sebuah kisah transformasi pertanian sedang terjadi di kalangan petani kelapa sawit swadaya. AnggotaAPA ITU PERTANIAN REGENERATIF?
Pada dasarnya, pertanian regeneratif adalah pendekatan metode pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah bersamaan dengan melindungi sumber daya dan keanekaragaman hayati. Memulihkan kesehatan tanah akan membantu mengurangi kadar karbon dan menangkap peningkatan kadar karbon dalam tanah serta biomasa tanaman. Tanah yang lebih sehat juga menjadikannya lebih tahan terhadap dampak dari perubahan iklim dan mampu meningkatkan hasil panen, serta membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Dulu lahan saya adalah lahan kebun karet. Melalui sekolah lapangan yang dilakukan oleh Solidaridad saya belajar bahwa pertanian regeneratif dengan sistem tumpang sari sangat bermanfaat bagi perkebunan kelapa sawit. Dengan menerapkan sistem ini, saya dapat mengurangi biaya dan penggunaan pupuk. Selain itu, tanaman pendamping ini juga membantu dalam hal pertanian dan pengendalian gulma di kebun. Saya sudah menanam cabai, buncis, tomat, dan bawang merah sejak bulan Januari tahun 2023, dan saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan hasil panennya," kata Bujang, petani di Desa Merarai Satu.
Di bidang budidaya kelapa sawit yang mengutamakan keberlanjutan, wacana sudah mulai beralih dari praktik monokultur ke praktik polikultur, di mana terdapat lebih dari satu jenis tanaman dalam satu area tanam yang sama. Sekitar 70 orang petani di Desa Merarai Satu, Kabupaten Sintang, mempraktikkan metode tumpang sari, yang merupakan bagian dari pendekatan pertanian regeneratif. Petani swadaya yang memiliki kebun dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) atau sedang dalam tahap penanaman kembali, bisa merasakan bahwa internvensi ini sangat membantu untuk mendukung keberlangsungan penghidupan mereka selama periode pematangan kelapa sawit.
PERTANIAN REGENERATIF SEBAGAI SOLUSI SELAMA MASA TUNGGU
Pada tahap awal, pemeliharaan pohon kelapa sawit merupakan periode dengan upaya yang sarat tantangan. Memperkenalkan beragam tanaman sela di perkebunan kelapa sawit telah terbukti membawa manfaat yang bisa memberikan dukungan finansial sekaligus menjaga kesehatan tanah. Mentimun, buncis, sawi, semangka, dan cabai tumbuh subut berdampingan dengan tanaman kelapa sawit, dan menciptakan hamparan yang harmonis. Menggembalakan sapi di padang rumput kecil yang letaknya bersebelahan dengan kebun sawit tidak hanya menambah keindahan bentang darat yang ada, tetapi juga menyumbang pupuk kandang yang penting untuk kebutuhan bahan dasar pupuk organik.
"Sejak menerapkan pertanian regeneratif melalui budidaya cabai, tomat, dan terong yang dipadukan dengan peternakan sapi pada tahun 2022, saya berhasil menekan pengeluaran dan penggunaan pupuk kimia. Sebaliknya, saya beralih ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. Selain menghemat biaya pupuk kimia, saya juga mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan cabai dan sayuran. Setiap panen saya bisa menghasilkan 10 kg cabai dan 30 kg terong. Apalagi ternak saya juga bisa mendapatkan pakan tanpa biaya tambahan," Timbul, petani asal Desa Merarai Satu menuturkan.
Bambang Marius, Programme Coordinator untuk wilayah Kalimantan Barat di Solidaridad Indonesia menjelaskan, "Pada masa transisi, yang umumnya terjadi ketika petani memasuki tahap peremajaan, seringkali terjadi penurunan pendapatan karena kebun tidak bisa digunakan untuk sementara waktu. Periode ini bisa berlangsung hingga beberapa tahun, agar memungkinkan tanah untuk beregenerasi. Setelah penanaman kembali dimulai, dibutuhkan setidaknya lima tahun hingga tanaman kelapa sawit siap panen. Pengenalan pendekatan pertanian terpadu berdasarkan prinsip-prinsip pertanian regeneratif memberikan petani peluang untuk menghasilkan pendapatan alternatif melalui tanaman buah-buahan, sayuran, atau ternak,"
Manfaatnya - secara sosial ekonomi, dan lingkungan - telah memicu reaksi berantai yang positif di masyarakat luas.
"Seiring berjalannya waktu, bahkan petani yang awalnya kurang berminat pun mulai berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Menyaksikan manfaat nyata yang diperoleh rekan-rekan mereka yang terlibat lebih dahulu, seperti mengakses dana atau bantuan pemerintah, akhirnya dapat mendorong perubahan pola pikir di kalangan petani yang awalnya acuh tak acuh," Nurmanto, Field Officer di wilayah Sintang, berbagi pengalamannya ketika melakukan pendekatan terhadap komunitas petani untuk memperkenalkan pertanian regeneratif di desa mereka.