Lihat ke Halaman Asli

Tendangan Si "Udin"

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedikit kaget juga baca berita hari ini, masih sama seperti berita hari sebelumnya yang di dominasi berita mantan Bendahara umum Partai Demokrat, Nazaruddin, yang telah hengkang dari Indonesia, entah karena melarikan diri, berobat atau memang harus di 'suruh' pergi untuk membuat aman sementara beberapa orang penting di republik ini.

Ada berita yang mengatakan partai Demokrat memiliki timbunan dana 47 Triliun!! Benar atau tidak tapi kita yakin semua partai memiliki timbunan dana atau hutang. Partai demokrat sebagai partai yang berkuasa pasti memiliki dana (kas) partai, masalah besarnya paljing tidak bisa mendekati angka tersebut atau lebih dari angka tersebut. Bisa kita bayangkan, dengan dana sebesar itu kalau di depositokan, bunga depositonya bisa untuk membiayai pilkada calon partai Demokrat di tiap daerah di Indonesia, yang bisa di pastikan akan menang & Partai Demokrat akan tetap bisa menguasai pemerintahan di daerah tingkat I & II.

Yang masih membuat sedekit kaget lagi, dalam arti kita semua tahu setiap kader partai yg duduk di parlemen atau pemerintahan, wajib membantu partai dalam hal dana. Berita yang saya baca tadi mengatakan, "Jumlah sumbangan yang diberikan kader biasanya berpengaruh terhadap jabatan seseorang di Senayan (DPR). "Kalau sumbangannya bagus ditempatkan di komisi mata air, tapi kalau yang tidak mau nyumbang ya biasanya di komisi air mata,".  Bekas Bendahara Partai Demokrat (Nazaruddin) diduga memberikan sumbangan Rp 1 miliar tiap bulannya. "Buat pengusaha yang buuuusar seperti dia jumlah itu terlalu kecil,"ujar Permadi.

Bisa kita bayangkan, sumbangan Nazaruddin yang 1 Miliar tiap bulannya masih terlalu kecil. Partai (pemimpin) partai hanya "melelang" bantuan kadernya, siapa sumbangannya yg besar akan dapat jabatan & proyek. Kalau jabatan sudah strategis, korupsi pun datang sendiri, tidak perlu dicari dimana celah untuk korupsi. Begitu juga dengan Nazzaruddin, yang dianggap sebagai pengusaha besar (sapi perahan), yang seharusnya bisa menyumbangkan 'susu' yang banyak untuk partai, ternyata hanya memberikan 'susu' 1 gelas perbulannya, jadi semuanya sepakat, Nazaruddin harus di lengserkan, sedangkan 'gizi' yang partai Demokrat berikan sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan 'susu' 1 ember perbulannya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline