Lumpur..
Lelumpur yang hitam legam
Membalut hatimu
hingga ari-ari kebijaksanaanmu tak menyatu
dengan jiwa dan tubuh........................
Semut di pinggir selokan itu terlihat kusut. Rupanya dia tadi malam tak bisa tidur. Badannya super basah. Kepalanya yang mungil tertutup lumpur yang mulai mengering terkena sinar matahari. Ditemani segelas susu madu, ia menatap pilu nan sendu reruntuhan rumahnya yang tergerus gelombang air dari selokan Citanduy.
Sementara aku sibuk membereskan onggokan sampah yang membentuk gunung krakatau steel di halaman rumah. Sesekali kupandangi semut itu dengan rasa haru. Lama-kelamaan muncul rasa iba. Makin lama...makin terasa tetes air mata menggenangi pipiku.
"Ah...cengeng amat kau ini," bisik sang ego keserakahanku.
"Diammm...tak usah kau ikut campur.." teriakku lantang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H