Lihat ke Halaman Asli

Selamat jalan ayah

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat jalan AyahOleh: sukri yJambak 
Ranting  puding merah hati kutanam di tanah basah air mataBatu kali dan pasir danau kutata rapi tutupi tanah pusaraDisini jasad ayah bersemayamWalau tak terucapkan aku sangat berdukaPetuahmu adalah warisan tak ternilaiKu bingkai di relung hati, kubawa lalu ditegakkanSabarmu adalah tauladan keikhlasanTak sejumputpun ada keluhan dalam dirimuKetika mata tak lagi melihatKau tetap bersyukur sebab indera dan raga adalah pinjamanMeski aku tak dampingi saat kau pergiNamun rasa ikhlas melepasmu hadir bersama rasa duka menyelimutiAku yakin kau cukup bekal untuk menghadapBaris panjang jemaah berduka penuhi mesjid dalam sholat jenazahmuTak lagi terlihat perbedaan dalam shaf rapat merekaMenyatu dalam duka bersamaAyah ..! Aku bangga jadi anakmuSesungguhnya aku menangis sangat lamaKupendam isak agar tak menggemaKubiarkan air mata menetes dalam sukmaKami mengerti kau tak harapkan air mata kau hanya butuh doaDisetiap usai sembahyang selalu kupanjatkan doa untuk ayahAyah aku mohon maaf atas lidah dan laku anakmu yang salahBimbing kami dari sana..untuk kami mampu jalankan PetuahmuSelamat jalan ayah...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline