Posisi Perempuan di Madura
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Perbincangan tentang surat Annisa ini sebenarnya sudah lama menjadi perdebatan di berbagai kalangan masyarakat,mahasiswa atau forum -forum husus seperti Bahtsul Masail dan lain- lain, kadang penafsiaran dari berbagai ulama’ masih dianggab sebagai perbedaan yang biasa,imbasnya perempuan di mata laki- laki masih di pandang rendah yang cendrung merendahkan martabat seorang perempuan .
Sehubungan dengan ayat diatas syekh mustafa al-maraghi mengemukakan tiga kata yaang dianggap sulit dan perlu dijelaskan dalam bentuk tafsir al-mufradat, yaitu kata qawwamuna,al-qunut dan al-hafidzhat li al-mar’ah wa qawwamunaha, yakni laki-laki adalah pemimpin wanita, apabila laki-laki menjalankan urusan dan menjaga wanita itu (syekh ahmad mustafaal-maraghi, 1973:27) Masih dalam konteks ini, beliau menjelaskan bahwa keutamaan atau kelebihan laki-laki terbagi : keutamaan yang bersifat fithriy, yaitu kekuatan fisik dan kesempurnaannya,kemudian implikasinya adalah kekuatan akal dan kebenaran berpandangan mengenai dasar-dasar dan tujuan berbagai perkara; dan keutamaan yang bersifat kasbiy, yaitu kemampuan untuk berusaha mendapatkan rezeki dan melakukan pekerjaan-pekerjaan. Oleh karena itu kaum laki-laki dibebani memberikan nafkah kepada kaum wanita dan memimpin rumahtangga. (syekh ahmad Musthafa al-maraghi, 1973: 27) `Ketika al-qunut dijelaskan maksudnya adalah ketenangan dan ketaatan kepada Allah dansuami. Al-hafizhat li al-Ghaib adalah wanita-wanita yang memelihara apa-apa yang tidak tampak oleh manusia. Jadi tidak hanya berkhulwat (berdua-duaan menyepi) dengan wanita
Terlepas dari berbagai penafisran tersebut , masih banyakdi kalanganlaki laki yangmemfaatkan egonya dansangat berani menindas perempuan dengan pengakuan akulah lelaki yang berkuasa dan ini itulah alias Kardi kareppah dhibi’(Madura), sehingga sering kita temukan marginalisasi terhadap perempuan lebih – lebih dalam kehidupan rumah tangga, .para laki- lakimemperlakukankebijakan – kebijakan sendiri terhadap perempuan, seperti tidak memberikan kesempatan atau peluang untuk lebih berkembang dan berkreasi sehingga perempuan hususnya di Madura ini masih di tempatkan di dapur, di kasur,dan di sumur. Padahal sudah banyak terbukti kalau perempuan juga bisa berperan seperti laki laki pada umumnya,bahkan bisa melebihi kapasitas laki- laki. perempaun menjadi tukang becak ,perempaun Mencangkul bahkan perempaun bisa menjadi Presiden seperti Megawati.
Perempuan di Madura ini memiliki ruang gerak yang beagitu sempit dan kadang selalu bersebrangan dengan budaya yang ada,walau apa yang mereka lakukan itu adalah hal- hal yang positif. nah budaya inilah kadang yang membuat mereka kaum perempuan menjadi vakum dan mundur,walaupun dia memiliki Skill dibidang tertentu, dha’emma’ah jhak ni’bhini’ (mau kemana wong perempuan), Ungkapan sepertiini masih sering dilontarkan oleh sebagian masyarakat di Madura,sehingga yang terjadi mereka para kaum perempuan tidak punya Ghirah lagi untuk melakukan banyak hal.
Semoga nasib perempuan di Madura ini kedapanlebih progresif dan tidak ada lagi penindasan terhadap kaum perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H