Lihat ke Halaman Asli

pungipung

Pegawai Negeri Selebriti

Da Vinci's Demons Season 2; MacGyver Abad Pertengahan

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410240394416027627

[caption id="attachment_341784" align="aligncenter" width="640" caption="comingsoon.net"][/caption]

Penggemar Leonardo Da Vinci pasti suka dengan serial ini. Leonardo Da Vinci, tokoh di era abad pertengahan yang penuh kontroversi. Hampir semua keahlian ada padanya. Ia seorang artis, peneliti, penemu, botanis, arsitek, dan beragam label keilmuan lainnya. Bahkan ia pun disebut-sebut sebagai salah satu tokoh yang berperan besar dalam menumbuhkan semangat renaissance di Eropa. Selain penuh dengan prestasi, intrik dan kontroversi juga banyak melekat dalam dirinya; tentang hubungannya dengan Vatikan hingga masalah orientasi seksualnya. Meski begitu tetap saja harus diakui, banyak hal yang telah ia sumbangkan bagi sejarah Eropa. Jangan lupa, berkat namanya pula, Dan Brown mampu meraup fulus miliaran rupiah.

Di musim kedua Da Vinci's Demons, kisah masih berlanjut seputar petualangan Leonardo Da Vinci mencari The Book of Leaves. Ada empat cabang cerita yang harus disajikan terpisah dalam satu plot di season ini. Petualangan Leonardo di benua Amerika, perjuangan Lorenzo Medici di Naples, keadaan kota Florence, serta perjalanan Lucrezia Donati hingga ke Konstantinopel untuk menolong ayahnya. Cukup rumit sebenarnya. Namun kelihaian Goyer meramu cerita yang berkait satu sama lain membuat kita tak bosan mengikuti satu demi satu alur yang disajikan.

Dikisahkan, setelah selamat dari kepungan keluarga Pazzi yang ingin menyingkirkan klan Medici, Leonardo memutuskan untuk melanjutkan rencananya berlayar menuju Dunia Baru. Sementara itu, Republik  Florence menghadapi masalah pelik karena dikucilkan oleh Vatikan. Blokade Vatikan membuat perekonomian Florence sedikit lagi akan sekarat. Lorenzo Medici, sang penguasa Florence akhirnya pergi ke Naples untuk mendorong aliansi bersama kerajaan Naples. Kendali kota Florence pun diserahkan pada Clarice, sang nyonya Medici. Sementara itu, Lorenzo berjuang di Naples untuk menegosiasikan niatnya membangun aliansi menghadapi blokade Vatikan.

Di belahan dunia lain, Leonardo akhirnya berlabuh di Machu Pichu. Berhadapan dengan suku purba yang menyeramkan sekaligus penuh misteri. Mereka menjadi tawanan dan harus menyelesaikan banyak teka-teki agar bisa bertahan hidup. Sedikit kesalahan akan membuat darah mereka harus dikorbankan kepada sang dewa.

Lucrezia Donati, di ujung dunia lainnya, berjuang menuju Konstantinopel untuk menyelematkan ayahnya. Potret perseteruan Vatikan dan Ottoman mulai tampak disini. Gesekan  dua penguasa belahan dunia yang berseberangan ini lumayan memberikan ketegangan di akhir cerita.

Dengan setting pada abad pertengahan, gambaran khas masyarakat primitif Eropa tentu mendominasi. Kebrutalan gereja Vatikan digambarkan secara vulgar terutama di musim pertama. Mungkin ada resistensi dari sebagian warga Katolik. Namun plot cerita yang terungkap di season kedua ini akan mengobati kemarahan itu.

Episode demi episode menampilkan kejeniusan Leonardo Da Vinci dalam menyelesaikan setiap misteri yang ia jumpai. Misteri yang sulit, waktu yang sempit, dengan nyawa sebagai taruhan berpadu menyajikan ketegangan. Tapi karena ini hanya sebuah film, tentu akhir dari setiap kesulitan itu bisa ditebak; Leonardo mampu menyelesaikannya. Ia bak Macgyver abad pertengahan yang mampu menanggulangi setiap kesulitan di depannya. Jadi meski unsur ketegangan coba terus dibangun, keyakinan penonton seolah sudah tertanam bahwa Leonardo pasti berhasil memecahkan misterinya.

Ketokohan Leonardo Da Vinci memang menjadi pemikat utama dalam serial ini. Tapi jangan lupakan juga kekuatan skenario yang ditulis oleh David S. Goyer.  Serial berbasis biografi ini dinarasikan dengan runut dan penuh kejutan di balik misteri-misteri yang diselipkan di setiap alur. Menontonnya seolah ikut menyelami hari demi hari Leonardo Da Vinci di masa lalu.

“History is a lie”. Prinsip ini menjadi fondasi dalam skrip Da Vinci’s Demons. Tak heran, di season kedua ini, Da Vinci’s Demons mengisahkan  kehidupan Leonardo pada saat ia berusia sekitar 27 hingga 32 tahun. Goyer,kepada Huffington Post , mengungkapkan bahwa pada periode  ini hampir tidak ada catatan mengenai kisah hidup Leonardo. Tak banyak yang bisa diungkap mengenai dimana, kapan, dan apa yang dilakukan Leonardo pada rentang waktu tersebut.  Goyer, yang juga menggarap scenario trilogy The Dark Knight dan Man of Steel, seperti sengaja mengambil periode ini untuk lebih mengeksplorasi imajinasinya. Karenanya,  kita akan melihat perpaduan kisah sejarah dan fiksi yang teramu tanpa mudah ditebak mana yang nyata atau rekaan.

Dari tafsir Goyer ini juga, kita melihat linimasa kehidupan Leonardo Da Vinci  yang tak terungkap itu. Ia, misalnya, menggambarkan Leonardo berkarib dengan Zoroaster, Nico Macchiavelli, dan Amerigo Vespucchi. Dua tokoh terakhir memang nyata namun tak dapat ditelusuri mengenai keintiman hubungan mereka. Diceritakan juga mereka berlayar mencari The Book of Leaves hingga ke tanah Amerika. Tersirat perjalanan ini mereka lakukan tahun 1478 (ada ketidaksinkronan dengan catatan bahwa Amerigo Vespuchi melakukan ekspedisi pertamanya ke Amerika pada tahun 1490-an). Tapi sekali lagi, “history is a lie”, kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline