Setiap kali mengikuti pemberitaan media mainstream, khususnya media TV, selalu mengundang ketawa 'ngakak' (tidak sekedar ketawa dalam hati). Pasti anda pun pernah mengalaminya, yakni apabila anda mencermati pertanyaan dari awak reporter untuk memperoleh informasi dari para narasumber di TKP.
"Bagaimana perilaku bergaul yang bersangkutan?", ini pertanyaan kepada narasumber yang merupakan tetangga dari terduga teroris yang ditangkap.
Dalam peristiwa kebakaran, " Apa yang menjadi penyebab kebakaran?" "Saat peristiwa kebakaran terjadi anda sedang apa dan dimana?"
"Bagaimana perasaan keluarga dengan meninggalnya ...?" "Apakah keluarga ada firasat tertentu?", nah kalau ini pertanyaan-pertanyaan terhadap narasumber korban meninggal akibat kecelakaan.
Kemudian apabila anda mengikuti berita tentang kemenangan atau keberhasilan seseorang, pertanyaannya pun tak kalah klisenya, "Bagaimana perasaan anda setelah memenangkan ....?" "Apa rencana anda selanjutnya?"
Itulah sedikit contoh pertanyaan-pertanyaan repoter TV yang sering kita lihat di media. Hampir semua reporter meski dari media pemberitaan yang berbeda mengajukan pertanyaan yang mirip. Apakah tidak ada pertanyaan lain yang lebih berbobot dan bervariasi? Apakah ada keharusan mengajukan pertanyaan yang itu-itu saja? Atau hanya itu kemampuan para reporter dalam menggali informasi.
Setiap orang yang awam dalam prosedur wawancara narasumber maupun kode etik pers mungkin akan memiliki keheranan dan mungkin kegelian yang sama tentang masalah ini. Semoga ada pembaca, lebih pas lagi kalau awak media TV, yang berkenan untuk menjelaskan 'keunikan' pertanyaan-pertanyaan klise tadi.
Salam kritis penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 12 Juli 2018
Suko Waspodo