Lihat ke Halaman Asli

SBY ‘Ngrecoki’ Jokowi

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14087002201751049024

SBY ngrecoki Jokowi, inilah pesan yang lagi santer beredar di media sosial yang ditujukan ke SBY pasca putusan MK yang menolak gugatan pilpres kubu Prabowo-Hattayang berarti Jokowi-JK pasti menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI ketujuh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menerima sejumlah pesan yang bernada negatif tentang dirinya. Pesan itu berbunyi SBY dan Partai Demokrat dilarang merecoki pemerintahan Jokowi .

"Hari ini saya menerima sejumlah pesan yang bernada negatif. Saya tahu hal ini juga beredar di sejumlah kalangan. Pesan negatif itu berbunyi 'SBY dan Partai Demokrat jangan ngrecoki Jokowi'. Artinya, SBY jangan mengganggu atau mengatur-atur Jokowi ," tulisnya dalam akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Kamis, 21 Agustus 2014 malam.

SBY mengaku tidak paham mengapa dirinya disebut ngrecoki presiden terpilih Jokowi . Kalau pun sebabnya soal rencana pertemuan dengan Jokowi , SBY tidak bermaksud untuk merecoki, melainkan niat tulus membantu.

SBY juga sempat menegaskan alasannya membantu Jokowi terkait pemerintahan yang baru. Dia merasa bertanggung jawab secara moral membantu Presiden terpilih untuk menjalankan pemerintahan baru yang akan datang.

"Sewaktu saya menyampaikan Pidato Kenegaraan, 15 Agustus 2014, saya katakan secara moral saya wajib membantu Presiden Baru. Saya dengan senang hati membantu jika memang dikehendaki. Jadi terserah kepada Presiden baru. Tidak ada pikiran buruk dari saya," tegas SBY lebih lanjut.

Menurut Susilo Bambang Yudoyono, maksud pertemuannya dengan Jokowi itu agar Jokowi dapat lebih siap menjalankan pemerintahan yang baru. Namun, katanya ada pihak-pihak yang tidak menghendaki hal itu terjadi.

"Ketika saya ingin ikut menyukseskan transisi antara saya dengan Presiden terpilih itu juga niat baik saya agar ketika dilantik jauh lebih siap. Namun, ternyata ada yang tidak menghendaki hal-hal baik itu terjadi. Tentu saya harus menghormati. Naluri politik saya jadi bekerja," pungkasnya.

Mencermati niat baik SBY ini memang sebaiknya kita jangan keburu berburuk sangka. Kita seharusnya menyadari bahwa kelangsungan negara ini tidak bisa hanya didasarkan kepada satu pemikiran Jokowi saja atau para politisi partai pendukungnya. Untuk menata negara yang sangat kompleks ini membutuhkan masukan dari para politisi atau negarawan negeri ini yang sudah berpengalaman.

Joko Widodo yang bisa dikatakan orang yang masih baru dalam kancah politik negeri ini pasti sangat membutuhkan masukan-masukan dari siapa pun. Jokowi terbiasa menerima atau mencari masukan dari rakyat kecil dalam kebiasaan blusukan-nya, maka pasti tidak ada masalah apabila dia juga mendengarkan masukan dari SBY. Kita tidak perlu kuatir dan bahkan harus yakin bahwa Jokowi pasti akan selalu menyaring masukan yang ada baik dari rakyat atau bahkan dari SBY sekalipun. Yang mesti kita lakukan adalah terus mengawal Jokowi dengan sikap kritis terhadap langkah-langkah yang akan diambil.

Mari kita memberi kepercayaan kepada Jokowi-JK dalam menata negara ini. Bersikap kritis terhadapnya tentu merupakan kewajiban kita namun kita tidak perlu terlalu cemas dan selalu mencurigai siapa pun yang ingin memberi masukan terhadap pemerintahannya.

Salam damai penuh cinta.

***

Solo, Jumat, 22 Agustus 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Ilustrasi: www.tempo.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline