Lihat ke Halaman Asli

Rintihan Kemarau

Diperbarui: 3 Agustus 2015   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413967064654900711


terik panas surya menggilas persada luas
bumi kering kerontang tinggal padang ilalang
jerit tangis insan kekeringan rindukan hujan
menggaung pedih bingung meraung-raung

kala kemarau suara makhluk kian parau
sekeliling kering tinggal ranting merinding
tubuh perih rasakan panas yang mendidih
debu selimuti hati yang kian sendu kelabu

sesal memang senantiasa terlambat datang
saat derita tanpa hijau membuat bumi galau
dahan tuntas meranggas lepas tanpa tunas
rumput bersungut-sungut rasakan siksa akut

selayaknya manusia tulus turut berbela rasa
akan pangkuan bumi kian lama kian tersakiti
lindungi alam muram agar tak semakin kelam
oleh polah tingkah manusia yang kian serakah

mari bergandeng tangan tuk terus perjuangkan
tata cintai bumi ini agar kembali cantik berseri
nyaman tuk semua makhluk menikmati sejuk
alam cerah kemilau persada kian menghijau

***
Solo, Minggu, 8 September 2013, 14:51
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo
www.sukowaspodo.blogspot.com

Ilustrasi: springocean83

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline