Lihat ke Halaman Asli

Suko Waspodo

Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Menumbuhkan Rasa Memiliki yang Sejati di Ruang Kelas: Membina Komunitas Inklusif untuk Keberhasilan Siswa

Diperbarui: 14 September 2024   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: kanisius.sch.id

Kebutuhan siswa untuk merasakan rasa memiliki yang kuat dalam lingkungan pendidikan mereka tidak pernah lebih penting dari sebelumnya. Rasa memiliki melampaui dinding ruang kelas individu, membentang di seluruh lingkungan sekolah, saat siswa menghadapi tidak hanya tantangan akademis tetapi juga kompleksitas emosional dan sosial dalam hidup. 

Setiap siswa yang masuk ke ruang kelas harus merasa diperhatikan, dihargai, dan menjadi bagian penting dari komunitas. Jika perasaan ini tidak ada, konsekuensinya bisa sangat besar---mulai dari penurunan prestasi akademis hingga rasa keterasingan yang semakin dalam, yang dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan bahaya.

Mengapa Rasa Memiliki Itu Penting

Merasa terombang-ambing atau tidak terlihat dalam lingkungan pendidikan dapat berdampak buruk pada rasa harga diri seseorang. Rasa memiliki bukanlah keadaan yang statis; rasa memiliki berubah dan berfluktuasi, sering kali dari satu momen ke momen berikutnya. 

Kata-kata yang baik atau senyuman yang hangat dapat membuat siswa merasa diterima, tetapi sikap meremehkan atau pandangan tidak setuju dapat langsung menghancurkan hubungan itu. 

Bagi para pendidik, administrator, dan staf, hal ini menjadikan tugas untuk menciptakan lingkungan yang selalu mendukung dan inklusif menjadi sangat penting. Siswa yang merasa dirinya penting cenderung lebih terlibat, berpartisipasi, dan berhasil.

Peran Pendidik dalam Memupuk Rasa Memiliki

Pendidik berada dalam posisi unik untuk memberikan dampak yang bertahan lama pada kehidupan siswa mereka. Sikap, perilaku, dan praktik yang mereka adopsi dapat secara signifikan memengaruhi cara siswa memandang diri mereka sendiri dan tempat mereka dalam komunitas akademis.

* Keaslian dan Kehangatan: Sejak awal semester, penting untuk menunjukkan perhatian yang tulus terhadap keberhasilan siswa. Bahkan anak-anak kecil dapat membedakan antara kehangatan yang tulus dan kebaikan yang dipaksakan dan bersifat performatif. Tampilan kehangatan yang konsisten membantu menciptakan suasana kepercayaan dan rasa memiliki.

* Pendekatan Kolaboratif: Daripada mengambil sikap otoriter, para pendidik harus merangkul kemitraan kolaboratif dengan siswa mereka. Hal ini memerlukan pengakuan bahwa siswa dan sekolah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Saling menghormati dan komunikasi terbuka dapat mengubah dinamika guru-siswa tradisional, membuat siswa merasa bahwa suara mereka penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline