Di saat-saat tenang dari pikiran yang gelisah, di tengah jalan yang berantakan kita melangkah secara membabi buta, ada bisikan, lembut namun jelas, dirancang untuk mengingatkan kita akan mimpi yang kita pikir sudah mati.
Ingatlah pagi hari ketika harapan masih baru, dan dunia adalah sebuah kanvas, luas dan lebar, ketika setiap warna, setiap rona, memegang janji yang kita pegang di dalam.
Jangan membuang semuanya, suara itu memohon, pertempuran yang terjadi, air mata yang kita tumpahkan, pelajaran yang didapat di balik pintu tertutup, jalan yang telah kita lalui, di mana hati kita telah berdarah.
Dalam kesibukan hari-hari yang berlalu dengan cepat, di tengah kebisingan yang memenuhi udara, luangkan waktu sejenak, biarkan keheningan menyelimuti, dan temukan keberanian untuk benar-benar peduli.
Karena dalam pecahan masa lalu kita yang rusak, terletak kekuatan untuk membangun yang baru, masa depan di mana impian kita bisa bertahan, dan langit kembali biru.
Jangan membuang semuanya, permohonan hati, pegang cinta, suka, duka, untuk setiap langkah, setiap momen mengajarkan, bahwa setelah kehilangan, selalu ada makna.
Jadi ketika malam terasa gelap dan panjang, dan bayang-bayang sepertinya punya pendapatnya sendiri, ingatlah engkau berani dan kuat, dan jangan, sayangku, membuang semuanya.
***
Solo, Selasa, 21 Mei 2024. 9:28 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H