Lihat ke Halaman Asli

Suko Waspodo

Pensiunan

Apa Artinya Benar-Benar Melihat Anak Anda?

Diperbarui: 16 Mei 2024   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Liputan6.com

Dalam perjalanan yang kompleks dalam mengasuh anak, salah satu tantangan yang paling besar adalah belajar untuk benar-benar melihat anak Anda apa adanya, bukan seperti apa yang Anda inginkan. Konsep ini melampaui interaksi tingkat permukaan dan menggali pemahaman dan menghargai identitas unik, kebutuhan, dan potensi anak Anda. Melihat anak Anda secara nyata melibatkan empati, penerimaan, dan kemauan untuk mengesampingkan prasangka dan ekspektasi.

Pentingnya Pengakuan Otentik

Pengakuan otentik atas individualitas anak Anda merupakan hal mendasar bagi perkembangan emosional dan psikologis mereka. Ini memupuk keterikatan yang aman, meningkatkan harga diri, dan mendorong pengembangan diri yang sehat dan otentik.

1. Menumbuhkan Keterikatan yang Aman: Ketika anak-anak merasa benar-benar diperhatikan dan dipahami, mereka mengembangkan keterikatan yang aman dengan orang tuanya. Keamanan ini membentuk fondasi kesejahteraan dan ketahanan emosional mereka.

2. Meningkatkan Harga Diri: Anak-anak yang dihargai karena siapa mereka, bukan karena memenuhi harapan tertentu, cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi. Mereka belajar menghargai kualitas unik mereka dan merasa percaya diri dengan individualitas mereka.

3. Mendorong Keaslian: Dengan menerima dan membina jati diri mereka, anak-anak akan lebih mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang autentik. Mereka belajar untuk membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai dan hasrat mereka, dibandingkan mengikuti tekanan eksternal.

Hambatan untuk Benar-Benar Melihat Anak Anda

Seringkali orang tua secara tidak sengaja memaksakan keinginan dan harapannya kepada anak, sehingga dapat mengaburkan jati diri dan kebutuhan anak yang sebenarnya. Memahami dan mengatasi hambatan-hambatan ini sangatlah penting.

1. Proyeksi Impian yang Tak Terpenuhi: Orang tua mungkin memproyeksikan impian mereka yang tak terpenuhi kepada anak-anak mereka, dengan harapan dapat hidup melalui impian tersebut. Hal ini dapat menekan anak untuk menempuh jalan yang tidak sejalan dengan minat dan hasratnya.

2. Harapan Masyarakat dan Budaya: Norma-norma sosial dan budaya dapat membentuk harapan orang tua, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan standar-standar ini pada anak-anak mereka. Hal ini dapat menghambat individualitas anak dan menimbulkan konflik internal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline