Lihat ke Halaman Asli

Suko Waspodo

Pensiunan

Ternyata Pak Lurah Tak Punya Malu

Diperbarui: 25 April 2024   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Painting by Jonas Fisch

Di antara lembayung senja yang tergores, tersembul rahasia yang terpendam dalam sorot mata lelah. Ternyata, Pak Lurah, kamu tidak berhenti, melangkah di atas puing-puing kepercayaan yang kamu remukkan sendiri.

Bunga-bunga kebenaran layu di taman hati yang sunyi, ketika dusta, nepotisme, dan kolusi menjamah hatimu yang terkikis. Pak Lurah, kamu telah terjerat dalam labirin nafsu, mengoyak keadilan, memperdagangkan harga diri, tanpa ragu.

Dalam kerumunan wajah-wajah yang terpinggirkan, terpampang luka-luka yang tak kunjung sembuh oleh belas kasihan. Pak Lurah, bisikan-bisikan kebenaran menggema di lorong hatimu yang kelam, namun kamu memilih tuli, kamu memilih buta, membiarkan malu menari dalam kepalsuan.

Ternyata, Pak Lurah, kamu tak punya malu, kamu mabuk akan kekuasaan palsu yang kamu ukir dalam khayalanmu yang busuk. Namun ingatlah, waktumu akan tiba, saat karma menghampirimu dengan penuh ketegasan yang tak terelakkan.

Di ujung jalan yang kamu pilih dengan sembrono, tersingkaplah tabir keadilan yang menanti. Dan pada akhirnya, dalam penyesalan yang menggelegak, kamu akan merasakan malu yang tiada terkira, saat memandang cermin kehidupan yang kamu rusak.

***
Solo, Kamis, 25 April 2024. 1:12 pm
Suko Waspodo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline