Ketika kepribadian kita berubah seiring bertambahnya usia, fantasi kita tampaknya ikut berkembang bersamanya.
Seiring bertambahnya usia, fantasi seksual seseorang seringkali mengalami pergeseran yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perkembangan psikologis, pengalaman hidup, perubahan hormonal, dinamika hubungan, dan pengaruh masyarakat. Berikut rincian bagaimana dan mengapa fantasi seksual dapat berubah seiring bertambahnya usia:
1. Perkembangan Psikologis: Sepanjang hidup, individu menjalani perkembangan psikologis yang ditandai dengan berbagai tahap pertumbuhan dan pembentukan identitas. Fantasi seksual dapat berkembang seiring dengan tahap perkembangan ini. Misalnya, selama masa remaja dan dewasa muda, fantasi mungkin berkisar pada eksplorasi, eksperimen, dan hal-hal baru ketika individu menavigasi seksualitas mereka yang sedang berkembang. Seiring bertambahnya usia, fantasi mereka mungkin menjadi lebih bernuansa, berfokus pada hubungan emosional, keintiman, dan kepuasan yang lebih dalam.
2. Pengalaman Hidup: Pengalaman membentuk keinginan dan fantasi kita. Peristiwa traumatis, keberhasilan dan kegagalan hubungan, pencapaian pribadi, dan paparan budaya semuanya berperan dalam membentuk fantasi seksual. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami trauma mungkin mengembangkan fantasi sebagai mekanisme penanggulangan, sedangkan pengalaman positif dalam hubungan dapat memengaruhi fantasi terhadap tema kepercayaan, keintiman, dan koneksi.
3. Perubahan Hormon: Fluktuasi hormonal terjadi sepanjang hidup, mempengaruhi libido dan hasrat seksual. Selama masa pubertas, terjadi lonjakan hormon seperti testosteron dan estrogen, yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan eksplorasi seksual. Sebaliknya, perubahan hormonal yang berhubungan dengan menopause atau andropause dapat menyebabkan pergeseran hasrat seksual, seperti penurunan libido atau perubahan fantasi pilihan.
4. Dinamika Hubungan: Dinamika hubungan intim berpengaruh signifikan terhadap fantasi seksual. Pada tahap awal suatu hubungan, fantasi mungkin didorong oleh hasrat, kegilaan, dan keinginan untuk mengesankan pasangan. Seiring berjalannya waktu, seiring berkembangnya hubungan, fantasi mungkin menjadi lebih terfokus pada keintiman emosional, kepercayaan, dan kepuasan bersama. Perubahan status hubungan, seperti menjadi lajang, menjalin hubungan baru, atau beralih menjadi orang tua, juga dapat memengaruhi sifat fantasi seksual.
5. Pengaruh Masyarakat: Norma budaya, representasi media, dan sikap masyarakat terhadap seks dapat membentuk fantasi seksual individu. Seiring dengan berkembangnya pandangan masyarakat tentang seksualitas, konten dan tema fantasi seksual pun ikut berkembang. Misalnya, peningkatan visibilitas dan penerimaan terhadap beragam orientasi dan identitas seksual dapat mengarahkan individu untuk mengeksplorasi fantasi yang sebelumnya dianggap tabu atau dipinggirkan.
6. Perubahan Fisik: Perubahan kesehatan dan fungsi fisik yang berkaitan dengan usia dapat memengaruhi hasrat dan fantasi seksual. Misalnya, individu yang mengalami sakit kronis atau keterbatasan fisik mungkin menyesuaikan fantasi mereka untuk mengakomodasi perubahan ini, lebih fokus pada keintiman emosional atau bentuk ekspresi seksual non-genital.
Singkatnya, fantasi seksual berkembang seiring pertumbuhan dan perkembangan individu, yang mencerminkan perubahan dalam kehidupan psikologis, emosional, fisik, dan sosial mereka. Fantasi ini memiliki berbagai fungsi, termasuk ekspresi diri, eksplorasi, gairah, dan penanggulangan, serta dapat berkontribusi pada kekayaan dan kompleksitas seksualitas manusia sepanjang hidup.
***
Solo, Selasa, 26 Maret 2024. 8:12 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H