Tembang yang sumbang, melodi tak sejajar, di keheningan malam, ia berdendang sendiri. Sepenggal lirih yang terbuang, mengalir di sungai waktu yang tak terkendali.
Puisi ini adalah nyanyian yang terpinggirkan, seperti kisah yang terlupakan di sudut hati. Dendang yang beresonansi di tengah kehampaan, seakan menjadi teman bagi yang kesepian.
Lirik yang merayap perlahan, seperti rindu yang datang tanpa diundang.
Tembang yang sumbang, seperti peluk malam, hangat, meski gelap gulita memayungi.
Ia bukan melodi yang menyenangkan, namun mengandung kejujuran yang tak terduga. Sebuah puisi yang tidak terikat oleh aturan, ia bebas menari di antara kata-kata yang lepas.
Tembang yang sumbang, ia mengalir di hati yang lara, mengalun dalam keheningan yang tak terucap. Sebuah nyanyian dari yang terpinggirkan, menyampaikan kebenaran yang terpendam.
Dalam keheningan malam, tembang yang sumbang berbisik, mencoba merangkai makna di antara jeda kehidupan. Ia adalah lirik yang tak tersuarakan, sebuah puisi yang mengalir dalam kegelapan.
***
Solo, Rabu, 27 Desember 2023. 7:20 am
Suko Waspodo