Lihat ke Halaman Asli

Suko Waspodo

Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Gelombang Samudra Menghantui Jiwaku yang Patah

Diperbarui: 16 Desember 2023   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Freepik

Di penghujung hari, kala mentari meredup, gelombang samudra menyusup dalam hening. Jiwaku yang patah, terombang-ambing seperti perahu karam, menyatu dengan deburan air yang mengalun penuh penyesalan.

Lautan biru terbentang, memantulkan kenangan yang hancur, bagai lukisan yang tak lagi utuh, coretan kepedihan. Angin malam memeluk erat, merangkul kesepian yang tercipta, seakan ingin membawa lara yang terpendam jauh dari hati.

Dalam gulita malam, kilatan bintang pun gelap teredam, seperti cahaya kebahagiaan yang redup dalam kesedihan. Gelombang samudra, pesan-pesan yang tersembunyi, menghantui jiwaku yang patah, mencari jawaban yang hilang.

Bagaikan pasir yang terbawa angin, aku meratap sendiri, di pinggir pantai hati yang terluka. Gelombang demi gelombang, menyapu reruntuhan kenangan, membawa pergi serpihan hati yang terluka.

Namun, di antara gemuruh gelombang yang memilukan, ada kekuatan yang tersembunyi dalam keheningan. Jiwaku yang patah, pelan-pelan merangkak bangkit, menemukan kelegaan di pelukan samudra yang tak terbatas.

Percayalah, di balik kegelapan yang menyelimuti, ada cahaya harapan yang menyinari kegelapan malam. Gelombang samudra, guru yang bijaksana, mengajarkan bahwa kehidupan terus bergerak, bagai aliran air yang tak pernah berhenti.

Sekarang, di hadapan samudra yang luas, jiwaku yang patah mulai memahami arti keberanian. Gelombang menyapu luka, membawa kehidupan baru, mengukir kisah perjalanan yang membebaskan jiwa yang patah.

***
Solo, Sabtu, 16 Desember 2023. 5:53 pm
Suko Waspodo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline